TEMPO.CO, Jakarta - Pelatih kiper PSIS Semarang Rory Grand memilih pulang kampung menyusul selesainya kontrak dan belum adanya kejelasan jadwal kompetisi Liga 1 musim 2022-2023. Chief Executive Officer (CEO) PSIS Yoyok Sukawi menyatakan bahwa manajemen klub dan dan Rory Grand secara resmi telah menyelesaikan kerja sama.
"Yang pertama terima kasih atas pengabdian coach Rory selama ini di PSIS," kata pemilik nama lengkap Alamsyah Satyanegara (AS) Sukawijaya tersebut, Selasa, 1 November 2022.
Menurut dia, manajemen PSIS Semarang sebenarnya memberi penawaran kontrak baru untuk Rory. Namun, karena belum jelasnya kompetisi membuat pelatih kiper berusia 36 tahun tersebut memutuskan untuk pulang ke Inggris. "Itu hal yang sangat wajar," tutur Yoyok.
Meski demikian, Yoyok menyampaikan masih ada kesempatan bagi Rory jika ingin kembali memperkuat Laskar Mahesa Jenar saat kompetisi sudah kembali bergulir. "Beliau juga mengatakan jika kompetisi sudah kembali bergulir normal dan ada pembicaraan lagi, dia bersedia untuk kembali ke sini," ujar Yoyok.
Rory Grand didatangkan PSIS pada awal musim lalu. Ia telah memiliki pengalaman menjadi pelatih kiper di beberapa klub di Asia seperti di Thailand, Kamboja, dan India.
Selepas kepergian Rory, manajemen PSIS Semarang juga mendatangkan asisten pelatih kiper untuk mendampingi I Komang Putra yang ditunjuk kembali menjadi pelatih utama kiper.
Nama Basuki Setyabudi dipilih oleh manajemen PSIS untuk mendampingi I Komang Putra. Ia adalah mantan pemain PSIS Semarang. "Kami datangkan Basuki untuk mendampingi coach Komang. Untuk posisi kiper, memang harus ada beberapa pelatih supaya lebih detail dan cekatan dalam mengevalusi kekurangan-kekurangan kiper PSIS," ujarnya.
Yoyok berharap Basuki yang bukan orang baru bisa cepat beradaptasi dan berkontribusi maksimal dalam mendampingi kepala pelatih kiper. Mulai Selasa ini, Basuki sudah mulai mendampingi I Komang Putra sebagai pelatih kiper di Stadion Citarum, Kota Semarang.
Sebelumnya, federasi sepak bola Indonesia memutuskan mempercepat Kongres Luar Biasa atau KLB PSSI. Kebijakan itu diambil agar kompetisi Liga 1 bisa segera bergulir usai dibekukan karena tragedi Kanjuruhan.
Baca: Robi Darwis Cerita Perkembangan Timnas U-20 Indonesia di Turki