TEMPO.CO, Jakarta - Keinginan Presiden Federasi Sepak Bola Spanyol (RFEF) Luis Rubiales untuk meningkatkan pendapatan Piala Super Spanyol berimbas pada perubahan lokasi pertandingan. Turnamen yang berdiri sejak 1982 yang semula menggunakan format dua tim dengan pertandingan kandang dan tandang, akhirnya dimainkan di luar negeri untuk pertama kalinya pada 2018.
Baca: Prediksi Real Madrid vs Valencia di Piala Super Spanyol Malam Ini, H2H, dan Perkiraan Formasi
Kala itu Barcelona mengalahkan Sevilla 2-1 dalam pertandingan satu kali yang diadakan di Tangier, Maroko. Sevilla memprotes format baru itu karena telanjur telah menjanjikan pertandingan kandang kepada para penggemar sebagai bagian dari paket tiket musiman mereka, tetapi RFEF mengabaikan protes itu.
Seperti dilansir ESPN pada Selasa, 10 Januari 2023, Maroko hanya proyek uji coba. Pada September 2019, RFEF menandatangani kontrak enam tahun dengan Arab Saudi senilai 40 juta euro atau sekitar Rp 666,3 miliar per musim. Belakangan diketahui bahwa perusahaan Gerard Pique, Kosmos, telah memainkan peran kunci, dengan imbalan komisi 10 persen.
"Kami memiliki hubungan baik dengan Timur Tengah," kata Pique pada April 2022. "Mereka ingin mengambil kompetisi sepak bola di sana dan kami berbicara dengan Rubiales untuk melihat apakah dia tertarik untuk mengambil Piala Super Spanyol… Arab Saudi bukan satu-satunya (pilihan), kami berbicara dengan Miami, (RFEF) memiliki tawaran dari Qatar.”
Babak semifinal Piala Super Spanyol pertama di luar negeri berlangsung di Jeddah pada Januari 2020. Pandemi Covid-19 kemudian memaksa perubahan rencana, dengan turnamen 2021 digelar di Andalusia, sebelum kembali ke Arab Saudi—kali ini di Riyadh—untuk 2022.
Langkah tersebut menuai kritik luas, dengan keprihatinan atas hak asasi manusia dan kurangnya kesetaraan gender di Arab Saudi. Namun tidak ada rencana untuk memikirkan kembali. RFEF sejak itu justru memperpanjang perjanjian enam tahun awal hingga 2029.
"Kami mengambil keputusan, itu ditandatangani hingga 2029, kami tidak dapat terus mempertanyakannya," kata Rubiales yang agresif kepada majelis umum RFEF pada Desember 2022. "Jika ada kedutaan, hubungan bilateral, dan bisnis lain di sana, mengapa sepak bola tidak bisa? Kami melakukan pekerjaan positif (di Arab Saudi). Sekarang ada liga perempuan. Kami dapat mengabaikan seluruh masyarakat atau mencoba menunjukkan bahwa segala sesuatu bisa berubah.”
