TEMPO.CO, Jakarta - Di dunia sepak bola, Pierluigi Collina dikenal sebagai salah satu wasit paling tegas. Kharisma dan wibawanya tidak jarang membuat gentar pemain yang hendak protes akan keputusannya. Ia dikenal sebagai wasit yang berkualitas saat memimpin pertandingan.
Kemampuan dan pengalaman Collina rencananya akan dibagikan ke wasit-wasit di Indonesia. Sebab, Ketua Umum PSSI Erick Thohir berencana mendatangkan wasit legendaris ini. Berikut profil sang pengadil lapangan berkepala plontos itu.
Melansir dari transfermarkt.co.id, Pierluigi Collina lahir di Bologna pada 13 Februari 1960. Ia merupakan mantan Wasit FIFA yang saat ini menjabat sebagai Ketua Komite Wasit UEFA atau the Union of European Football Associations, asosiasi sepak bola Eropa.
Collina mengawali debut sebagai wasit di kasta tertinggi liga Italia, Serie A, pada 1991. Sebelumnya, ia menghabiskan tiga tahun di untuk mengawal laga di divisi Serie C1 dan C2.
Pada awalnya, Collina bermimpi menjadikannya sebagai pesepakbola profesional saat bermain untuk tim lokalnya saat beranjak dewasa. Pada saat dia berusia 17 tahun, dia menyadari bahwa mimpi itu tidak masuk akal dan, mengikuti saran seorang teman, dia mengikuti kursus wasit sebagai gantinya. Hal ini sebagaimana dikutip dari laman historyofsoccer.info.
Memiliki tinggi 188cm dengan kepala botak khas yang disebabkan oleh alopecia di awal hidupnya dan tatapan mata yang melotot, Collina dikenal jarang terintimidasi oleh pemain-pemain berang seperti seperti Paolo Maldini dan Roberto Baggio .
Sebaliknya, melalui kemampuannya untuk menegaskan ketenangan dan rasa hormat, ia segera memantapkan dirinya sebagai wasit terbaik Italia dan FIFA selama pertengahan 1990-an.
Pada Olimpiade 1996, Collina melakukan debutnya di turnamen besar internasional, bahkan menjadi wasit di final. Setelah itu, tugas yang lebih penting datang silih berganti padanya.
Hingga akhirnya, dia melakukan debutnya di Piala Dunia 1998, dan sejak itu, dia dikenal sebagai wasit terbaik di dunia. Collina juga sempat memimpin final Liga Champions 1999 yang ikonik antara Manchester United dan Bayern Munich dan final Piala Dunia 2002 . Dia adalah tokoh kunci dalam banyak laga terkenal selama awal tahun 2000-an dan jarang melakukan kesalahan.
Menurut laman speakersassociates.com, setelah pensiun pada 2005, Collina menjadi ketua wasit Serie A dari tahun 2007 hingga 2010. Setelah itu, ia pindah ke UEFA. Bersama UEFA, dia bekerja sebagai Kepala Wasit dan Ketua Komite Wasit hingga 2018. Saat ini dia adalah Ketua Komite Wasit FIFA.
Selain menjadi wasit, Collina juga punya kehidupan lain. Ia rupanya seorang kosultan keuangan. Bagi lulusan ekonomi dari Universitas Bologna itu, wasit adalah pekerjaan sampingan.
Selain penghargaan yang telah dia kumpulkan di lapangan, Collina telah dihormati di seluruh dunia atas prestasinya. Penghargaan ini termasuk Commendatore dell'Ordine al Merito della Repubblica Italiana yang dianugerahkan kepadanya pada 2003 dan gelar Doktor "Honoris Causa" dalam Sains oleh University of Hull pada 2004.
Di luar sepak bola dan kehidupan profesionalnya, Collina juga dikenal sbagai seorang aktivis kemanusiaan. Dia merupakan duta Palang Merah Internasional. Tidak hanya itu, Collina juga menulis buku berjudul "The Rules of the Game", yang diterbitkan di Italia pada 2003 dan diterjemahkan ke lebih dari 10 bahasa berbeda dan 20 negara.
Pilihan Editor: Ketua Umum PSSI Erick Thohir Undang Pierluigi Collina ke Indonesia untuk Memotivasi Wasit Nasional