TEMPO.CO, Jakarta - Djajang Nurdjaman gagal mewujudkan harapan manajemen klub Persikabo 1973 agar tim berjuluk Laskar Padjadjaran ini bertahan di kompetisi sepak bola kasta tertinggi Tanah Air, Liga 1. Kekalahan telak 5-2 di kandang Persik Kediri pada Kamis malam, 28 Maret 2024, memastikan skuad asuhannya terdegradasi ke Liga 2 untuk musim depan.
Di pertandingan yang digelar di Stadion Brawijaya, Persikabo 1973 kebobolan empat gol di babak pertama melalui Flavio Silva. Berikutnya, di pengujung laga, Flavio mencetak gol kelimanya lewat tendangan penalti. Sementara, mereka hanya mampu mencetak dua gol dari Yandi Sofyan lewat tendangan penalti menjelang jeda turun minum dan di babak kedua.
"Ini bukan yang Persikabo inginkan. Kami kalah telak 5-2," ujarnya seusai pertandingan, dikutip dari rilis tim media klub.
Djajang menilai kekalahan timnya ini sangat memalukan. Menurut dia, Flavio memang penyerang dengan naluri yang tajam. Namun, hal itu terjadi karena kesalahan pemainnya, sehingga dia bisa mencetak gol dengan mudah.
"Susah memang mengangkat mental pemain kami yang sudah sekian lama tidak meraih kemenangan dan bagi saya itu adalah pekerjaan sulit untuk mengangkat mental mereka, sulit bangkit," ujarnya.
"Kesalahan-kesalahan elementer yang tidak perlu, terjadi pada pertandingan ini," kata dia menambahkan. "Mudah-mudahan bisa bangkit di sisa pertandingan. Itu yang jadi pekerjaan berat bagi tim pelatih."
Pelatih Persikabo 1973 Djajang Nurjaman. Kredit: Tim Media Persikabo 1973
Sejak awal, pelatih berusia 59 tahun itu mengakui pekerjaan yang sulit untuk membuat Persikabo tetap bertahan di Liga 1. Meski begitu, ia menjanjikan akan berusaha maksimal agar klub yang pernah diasuhnya itu selamat dari degradasi.
Djajang yang pernah melatih Persikabo sekitar delapan bulan (April 2022-2023), resmi kembali ke tim ini pada 13 Maret lalu. Dia menggantikan Aji Santoso yang dipecat pada 9 Maret 2024, menyusul performa tim yang tidak juga meningkat.
Ketika tiba kembali, pelatih yang akrab disapa Djanur ini harus menghadapi situasi sulit. Persikabo berada di dasar klasemen dengan hanya mengemas 17 poin dari 28 pertandingan, tertinggal 14 poin dari tim zona aman, ketika kompetisi musim ini hanya menyisakan enam laga lagi.
Meski begitu, dengan melihat skuadnya yang masih diisi sejumlah pemain sama ketika dia melatih di tim ini, di antaranya, Manahati Lestusen, Syahrul Fadil, Andy Setyo, Dimas Drajad, dia bersedia kembali ke Persikabo.
"Tim memang dalam kondisi sulit ya, pekerjaan yang tidak mudah. Namun, kita harus yakin peluang bertahan di Liga 1 itu tetap ada meski kecil," ucapnya dikutip dari keterangan tim media klub, Rabu, 13 Maret 2024.
Dia pun menargetkan meraih kemenangan di semua laga tersisa. Namun, harapan itu tak bisa diwujudkan. Waktu singkat yang dimilikinya, membuat Djajang tak bisa berbuat banyak.
Sebelum kekalahan telak di markas Persik, Persikabo 1973 kalah dari Persib Bandung 1-3 saat laga kandang pekan ke-29 Liga 1 pada 15 Maret. Padahal, saat itu tim asuhan Bojan Hodak bermain dengan 10 pemain sejak menit ke-36, setelah Dedi Kusnandar kena kartu merah.
Kekalahan terakhir di kandang Persik membuat Persikabo di dasar klasemen dengan hanya mengemas 17 poin. Dari 30 pertandingan yang sudah dimainkan, mereka hanya mencatat tiga kemenangan dan delapan kali bermian imbang, sisanya selalu kalah.
Mengenai masa depannya bersama Persikabo 1973, Djajang menyerahkan kepada manajemen klub. "Saya kembalikan ke manajemen, evaluasinya seperti apa. Yang pasti, kalau memang sudah dipastikan dari hasil pertandingan ini kita akan turun ke Liga 2, kalau saya masih dipilih, saya akan menyusun kembali tim dan akan berusaha di liga 2 untuk kembali ke Liga 1."
Pilihan Editor: Liga 1: Persib Bandung Ditahan Bhayangkara FC 0-0, Bojan Hodak Sebut Satu Kelemahan Timnya