TEMPO.CO, Jakarta - Timnas Spanyol menunjukkan identitas yang berbeda saat menang 3-0 atas Kroasia pada Grup B Euro 2024 (Piala Eropa 2024), Sabtu, 15 Juni. Setelah mendominasi sepak bola internasional selama bertahun-tahun dengan gaya "tiki-taka" berbasis penguasaan bola, mereka kini beralih ke pendekatan yang lebih cepat dan lebih langsung, biasa disebut sepak bola vertikal.
Sehari sebelum laga ini, pelatih Kroasia, Zlatko Dalic, telah berbicara mengenai bagaimana tim Spanyol saat ini mencoba untuk memindahkan bola ke area lawan dengan lebih cepat. Saat pertandingan berlangsung, ia melihat timnya gagal mengatasi apa yang sudah dia antisipasi itu.
Gol pertama menjadi bukti kongkrit gaya permainan cepat itu. Marc Cucurella mencegat serangan lawan, mengoper bola yang ia dapatkan ke arah Rodri di lini tengah. Rodri memberikan umpan dengan tenang kepada Fabian Ruiz. Beberapa sentuhan kemudian, Ruiz membelah lini pertahanan lawan dengan sebuah umpan matang kepada Alvaro Morata yang berhasil mencetak gol. Kroasia tidak pernah dapat bangkit setelah itu.
Pemain Spanyol Alvaro Morata membobol gawang Kroasia yang dikawal Dominik Livakovic dalam pertandingan Grup B Euro 2024 di Berlin Olympiastadion, Berlin, 15 Juni 2024. REUTERS/Lisi Niesner
Spanyol sebelumnya meraih semua kesuksesan dengan tiki-taka. Mereka menjuarai Euro 2008 dan 2012 serta Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan. Namun, tiki-taka juga sering dikritik sebagai gaya permainan yang terkesan hanya mengandalkan operan, bukannya mencoba untuk mencetak gol.
Tim Spanyol, dengan pendekatan lamanya, akan menguasai bola untuk waktu yang lama. Mereka kemudian membuat lawan lelah dengan kesabaran mereka dalam melakukan tekanan, lalu melakukan serangan dengan cepat di sepertiga akhir lapangan untuk mencetak gol-gol yang sederhana dan menghancurkan.
Penerapan gaya menekan yang lebih modern dan energik oleh banyak tim telah menumpulkan permainan penguasaan bola mereka itu. Namun, hal ini juga memunculkan gaya permainan menyerang mereka saat ini, yang berusaha untuk menciptakan peluang mencetak gol dengan lebih cepat.
Serangan Spanyol kini tidak terbatas pada tusukan-tusukan konstan di lini tengah. Lamine Yamal, yang menjadi pemain termuda yang pernah bermain di Euro, dan rekan pemain sayapnya, Nico Williams, layak mendapatkan pujian. Keduanya membuat permainan Spanyol lebih bervariasi.
Pemain Timnas Spanyol Lamine Yamal. REUTERS/Yiannis Kourtoglou
Meskipun memberikan umpan silang dengan sempurna untuk gol ketiga Spanyol, Yamal yang masih berusia 16 tahun terlihat membutuhkan waktu untuk beradaptasi dengan permainan. Sedangkan Williams terus memberikan ancaman sejak awal pertandingan, selalu berusaha untuk membuat pemain bertahan lawan salah langkah dan mencuri ruang di belakangnya.
Masuknya Dani Olmo setelah jeda memberikan gambaran yang menggiurkan mengenai masa depan sepak bola Spanyol. Yamal, Williams, dan Olmo yang terlihat sangat dinamis dalam menyerang ke arah gawang lawan.
Sebaliknya, laga ini terlihat seperti akhir dari jalan bagi beberapa pemain terbaik Kroasia.
Luka Modric masih dapat memberikan umpan yang melewati lubang jarum. Namun, tim lawan tidak lagi memberinya ruang untuk melakukan hal tersebut. Masuknya Ivan Perisic saat tertinggal 3-0 terlihat seperti sebuah usaha untuk memanggil kembali masa lalu untuk mengubah keadaan. Usaha itu tak berhasil.
Sore hari Kroasia menjadi semakin buruk ketika Bruno Petkovic gagal mengeksekusi tendangan penalti dan golnya dari bola rebound yang dianulir karena rekan setimnya melakukan pelanggaran. Mereka tidak bisa dapat mencetak satu pun gol hiburan.
Kiper Spanyol Unai Simon menepis tendangan penalti pemain Kroasia Bruno Petkovic dalam pertandingan Grup B Euro 2024 di Berlin Olympiastadion, Berlin, 15 Juni 2024. REUTERS/Fabian Bimmer
Spanyol, di sisi lain, dapat melenggang dengan mudah di babak kedua seolah-olah ini merupakan sebuah pertandingan persahabatan. Mereka menguji berbagai trik dan kombinasi yang dapat memberikan keuntungan di akhir turnamen, jika kesuksesan mereka dengan sepak bola vertikal yang baru mereka temukan dapat terus berlanjut.
REUTERS
Pilihan Editor: Lionel Messi Samai Rekor Ali Daei saat Cetak Dua Gol dalam Kemenangan 4-1 Argentina atas Guatemala