TEMPO.CO, Nelspruit - Djakaridja Kone langsung berlutut begitu laga adu penalti antara Burkina Faso dan Ghana di Stadion Mbombela, Nelspruit, Afrika Selatan, berakhir kemarin pagi. Ia menengadahkan tangannya sambil memuji Tuhan berkali-kali. Aksi pemain tengah Burkina Faso ini kemudian diikuti rekan setimnya, Florent Rouamba.
Kemenangan Burkina Faso atas Ghana memang mengejutkan. Mereka unggul 3-2 lewat drama adu penalti setelah sebelumnya bermain imbang 1-1. Untuk pertama kalinya, negara di Afrika Barat ini mencapai partai final. "Saya sangat gembira dengan kemenangan ini," kata pelatih Burkina Faso, Paul Put. "Kami tak pernah sampai ke tahap ini sebelumnya."
Paul Put memang tak melatih dengan setengah hati. Karena kemenangan tim besutannya atas Ghana juga membuka peluang baginya untuk membersihkan diri. Put pernah mendapat sanksi larangan melatih seumur hidup di negaranya, Belgia, karena terlibat pengaturan skor.
Di Burkina Faso--artinya negara yang berisikan orang-orang jujur--menjadi tempat baginya untuk "kembali jujur". Ia akan membuktikannya di laga puncak nanti ketika melawan Nigeria di Stadion FNB, Johannesburg, Ahad mendatang.
Sayangnya, pasukan Burkina Faso bakal tampil tanpa pemain pilar mereka, Burkina Faso, yang terkena akumulasi kartu kuning. Tapi, Put tetap optimistis timnya bakal menggilas Nigeria, seperti yang mereka lakukan terhadap Togo di babak perempat final.
Tapi, kalah atau menang, pencapaian Burkina Faso hingga ke final cukup mengejutkan. Sebab, tahun lalu, mereka tersingkir di putaran pertama setelah kalah dalam tiga pertandingan. Prestasi terhebat mereka di Piala Afrika terjadi pada 1998. Saat itu mereka mencapai semifinal.
REUTERS | DAILY MAIL | DWI RIYANTO AGUSTIAR
Baca juga:
Bermain Setengah Lapangan, Indonesia Ditekuk Irak
PSSI Tunjuk Luis Manuel Blanco Jadi Pelatih Timnas
Spanyol Menang, Del Bosque Sanjung Tiga Debutan
Lazio Ikat Saha Sampai Akhir Musim Ini