Bakat sepak bola remaja kelahiran 8 Januari 1995 ini terlihat sejak kanak-kanak. Menurut ayahnya, Heri Supriyanto, bakat Ravi kecil sudah terlihat saat bermain di kampungnya. Untuk menyalurkan bakatnya, sang ayah menyekolahkan Ravi di SSB Putra Bersemi Grobogan. Ravi harus berbagi waktu antara sekolah SD, mengaji di Taman Pendidikan Al-Quran, serta latihan di SSB.
Usia SMP, kegiatan sepak bolanya dilanjutkan ke SSB Tugu Muda Semarang. Posturnya yang bongsor menjadikan pelatih meletakkannya pada posisi penjaga gawang. Untuk menunjang bakatnya, Heri mendaftarkan Ravi ke Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pelajar (PPLP) Salatiga atau yang lebih dikenal sebagai Diklat Salatiga.
PPLP Salatiga sebelumnya telah melahirkan pemain bintang nasional seperti Kurniawan Dwi Yulianto dan Bambang Pamungkas. "Saya memang ingin Ravi menjadi pemain sepak bola nasional," kata Heri. Belakangan, Ravi bergabung ke Diklat Ragunan, Jakarta.
Menurut ibu Ravi, Murminah, keluarganya mendukung penuh karier anaknya. Untuk membiayai sekolah dan sekolah sepak bola Ravi hingga Diklat Salatiga, dirinya menjual sepetak tanah seharga Rp 40 juta. "Tentunya juga sekalian untuk biaya kuliah kakaknya," tutur Murminah.
Meski karier dan nasib baik sang anak sudah di depan mata, Murminah berharap Ravi tetap berpenampilan sebagai anak kampung yang sederhana, taat kepada orang tua, serta rajin beribadah. "Tidak neko-neko," ucap dia.
SOHIRIN
Berita Sepak Bola Terpopuler:
Soal Bonus, Ravi Berharap PSSI Tepati Janji
Ilham Udin Armaiyn U-19 Diarak Keliling Ternate
Terungkap, Mourinho Kecewa Karena MU Pilih Moyes
Lehmann: Arsenal Bayar Ozil Terlalu Mahal
Merasa Dikibuli Fergie, Mou Bantah Inginkan MU