Messi, di mata Rojo, adalah anak manis yang tak banyak tingkah. Hidupnya lurus-lurus saja. Ia tak pernah keluyuran malam dengan mulut penuh alkohol atau bikin onar di pub. “Dia tak melakukan apa pun kecuali latihan dan bermain sepak bola dalam hidupnya,” kata Rojo.
Soal pacar, Leo pun tertutup. Rojo pernah memergokinya sedang berjalan dengan seorang gadis berambut pirang. Sebelumnya Leo tak pernah bercerita bahwa ia punya pacar. Daniel baru mengetahui gadis itu bernama Antonella Rocuzzo lewat media. Antonella ternyata teman kecil Leo ketika di Rosario. “Tidak seperti pemain lain, dia tak suka gonta-ganti pacar,” katanya.
Terhadap Celia pun Leo tak banyak bercerita tentang pacarnya. Saat Leo berlibur ke Rosario, Celia pernah tidur di sampingnya sambil menggoda. “Apa pun akan dilakukan para perempuan di luar sana untuk bisa berbaring di sampingmu seperti ini.” Saat itu, kata Celia, Leo hanya menjawab, “Mama, jangan bercanda....”
Leo sebenarnya tak lugu-lugu amat. Ia, misalnya, punya tato di punggung kirinya. Namun, Leo selalu menyembunyikan tato tersebut. Sehingga Presiden Napoli, Aurelio De Laurentiis, pun sempat tertipu saat memujinya, “Dia bahkan tidak memiliki tato. Dia adalah pemain terbaik impian semua pesepak bola.”
Tato di punggung kiri Leo itu bergambar seorang wanita berahang padat dengan rambut hitam tergerai hingga ke bahu. Wanita itu tak lain adalah Celia. “Yang terpenting baginya (ibu) adalah kebahagiaanku,” kata Leo. “Kami sangat dekat dan ia sering menggodaku.”
Langit sudah gelap ketika Celia menghentikan volkwagennya di Jalan Buenos Aries. Ia menurunkan kaca jendela lalu menunjuk General Las Heras, sebuah gedung tempat Leo kecil pernah bersekolah. “Leo bukan seorang siswa yang baik,” kata Celia mengingat. “Dia agak malas.”
Selanjutnya: Satu Dekade yang Luar Biasa