TEMPO.CO, Surabaya - Diskusi membahas dualisme klub Persebaya Surabaya di Studio SBO TV, Surabaya, Jawa Timur, Kamis malam, 16 April 2015 berlangsung ricuh. Salah seorang narasumber, Saleh Ismail Mukadar, Direktur Persebaya 1927, dipukul pada bagian pelipisnya oleh anggota organisasi kemasyarakatan.
Diskusi yang dikemas dalam acara Jurnalis Club di studio SBO Lantai 21, Gedung Graha Pena, Surabaya itu awalnya berjalan normal. Selain Saleh, narasumber lainnya adalah mantan Ketua Umum Persebaya Arif Afandi, mantan pelatih Persebaya Fredy Mully, dan pengamat sepakbola Andy Slamet.
Menurut produser acara, Guntur, saat diskusi sampai 15 menit terakhir, tiba-tiba tiga orang berbadan kekar yang diketahui anggota sebuah ormas kepemudaan masuk studio. Mereka sempat membanting pot properti studio sebelum menampar pelipis Saleh. "Saat mereka mengamuk, kamera sedang live," kata Gentur.
Penampar yang dikenali bernama Nurdin itu semula juga hendak memukul Arif namun batal. Pelaku kemudian memaksa acara itu distop. "Alasannya, dialog itu memecah belah orang Surabaya," ujar Guntur. Sebelum ngeloyor meninggalkan studio, pelaku sempat mengancam akan menghabisi Saleh.
Karena situasi tidak kondusif, akhirnya pembawa acara menutup diskusi kendati waktunya belum habis. Saleh langsung melaporkan peristiwa itu ke Polda Jawa Timur. Dia pun menjalani visum. Saleh yakin pemukulan itu terkait Kongres Luar Biasa PSSI yang digelar di Hotel JW Marriot, Surabaya, Sabtu, 18 April 2015.
Sehari sebelumnya, para wartawan olah raga juga menyelenggarakan diskusi dengan tema serupa di Gedung JX International Expo Surabaya. Saleh dan Arif juga sebagai narasumber. Dualisme Persebaya ini membuat Badan Olahraga Profesional Indonesia merekomendasikan klub itu tidak diikutkan dalam QNB League selain Arema Cronus. "Pemukulan saya ini pasti terkait Kongres. Ada yang marah sama saya," kata Saleh.
KUKUH S. WIBOWO