TEMPO.CO, Jakarta - Penyelidikan Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC) terhadap insiden visa pemain asing Pahang FA dipastikan berujung sanksi bagi Indonesia. Sanksi bisa lebih berat, berupa pengguguran Persipura Jayapura dari babak 16 besar Piala AFC atau denda.
"Sanksi pasti ada, tapi kami yakin bentuknya tidak akan berat. Mungkin berupa denda," kata Direktur Hukum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia Aristo Pangaribuan di Jakarta, Kamis, 28 Mei 2015. (Baca: EKSKLUSIF: Bos Pahang FA Buka-bukaan Soal Perlakuan PSSI)
AFC membuka penyelidikan Senin lalu atau sehari setelah mereka melayangkan surat peringatan kepada PSSI. AFC menyesalkan klub berjuluk Tok Gajah itu sempat terkatung-katung selama 10 jam di Bandara Soekarno-Hatta, yakni sejak Sabtu malam, 23 Mei, lantaran tiga pemainnya dilarang melewati pintu Imigrasi.
Tiga pemain itu: Dickson Nwakaeme asal Nigeria, Zesh Rehman asal Pakistan, dan Damion Delano Stewart asal Jamaika. Seluruh tim Pahang akhirnya memutuskan menginap di bandara sebelum bertolak ke Malaysia. "Konsekuensi logis bisa hukuman disiplin atau sanksi akan diberikan karena gagal menyediakan visa untuk tim tamu," demikian tertulis dalam surat yang dilayangkan Brian Johnson, Manajer Kompetisi AFC, kepada PSSI. (Baca: AFC Diyakini Bakal Gugurkan Persipura)
Kesal diperlakukan buruk, Pahang FA melayangkan surat protes kepada AFC. Langkah yang sama dilakukan oleh Asosiasi Sepak Bola Pahang (PBNP) dan Asosiasi Sepak Bola Malaysia (FAM) pada Selasa, 27 Mei 2015. CEO Pahang, Fahrizal Hasan, mengatakan sesuai dengan regulasi AFC, Pahang harus menang walk-over alias tanpa bertanding melawan Persipura. "Buku peraturan mengatakan kami harus diberi kemenangan," katanya. (Baca: PSSI Lobi FAM Terkait Gagal Main Pahang FA)
Menurut Aristo, PSSI sudah berkoordinasi dengan AFC agar insiden ini tak berbuah saksi berat bagi Indonesia sejak Senin lalu. Laga Persipura melawan Pahang FA diharapkan bisa dijadwalkan ulang. Namun PSSI tak bisa berbuat banyak dengan dalih terbelenggu status pembekuan dari pemerintah. "Kami tidak bisa berinteraksi dengan negara," katanya.
Ketua Tim Transisi PSSI Bibit Samad Rianto juga menyatakan tak bisa mengambil tindakan. Putusan sela Pengadilan Tata Usaha Negara membuat langkah timnya tak bisa berlanjut. Putusan yang dibacakan dua hari lalu itu menganggap pemberlakuan surat pembekuan PSSI harus ditunda. Walhasil, tim transisi yang dibentuk pemerintah menggantikan peran PSSI juga tak berlaku. "Mulai saat itu kami tidak lagi melakukan kegiatan," katanya. (Baca pula: Insiden Visa Pahang FA, BOPI Lapor Polisi)
Tak mendapat bantuan dari PSSI maupun pemerintah, Persipura Jayapura pasrah menghadapi sanksi AFC. Sekretaris Umum Persipura Rocky Bebena mengatakan klubnya tak bisa melakukan pembelaan karena AFC hanya mengakui jalur koordinasi dengan PSSI. "Sementara PSSI dibekukan pemerintah," katanya.
Bila AFC pada akhirnya menggugurkan klub berjuluk Mutiara Hitam itu, kata dia, percuma juga menghabiskan energi untuk melakukan banding. Sebab, ada ancaman FIFA terhadap pembekuan PSSI. Ditambah, pembekuan PSSI akan menyeret status Persipura tidak diakui di kancah internasional. (Baca: Persipuramania Gelar Unjuk Rasa di Depan DPRP)
Rocky berharap AFC bisa melihat dengan cukup obyektif persoalan tersebut, sehingga laga Persipura dengan Pahang FA bisa dijadwalkan ulang. Bila tidak, kata dia, Indonesia tahun ini kembali tanpa piala di perhelatan AFC karena Persib Bandung juga lebih dulu gugur atas Kitchee SC dengan skor 0-2. "Kami sekarang ini ketar-ketir," katanya.
TRI SUHARMAN