TEMPO.CO, Jakarta - Kekalahan Real Madrid 4-0 dari musuh bebuyutannya Barcelona kembali menyeruakan ketidakharmonisan di kamar ganti El Real. Penyerang Real Madrid, Cristiano Ronaldo, dikabarkan mengultimatum Presiden Florentino Perez untuk memilih antara dirinya atau pelatih Rafael Benitez. Masalah ini mengundang pertanyaan, apakah Rafael Benitez benar-benar bersalah ataukah ada faktor lain yang menyebabkan kekalahan itu?
Menyalahkan kekalahan itu hanya pada Rafael Benitez saja tampak tak adil. Sebagai pelatih, Benitez punya reputasi yang cukup bagus. Sebelum pertandingan Sabtu kemarin, Real Madrid adalah tim dengan produktivitas gol tertinggi dan jumlah kebobolan terendah di Liga Spanyol. Mereka mampu menyarangkan 26 gol dan hanya kebobolan 7 gol dalam 11 laga. Artiya, dia mampu membuat Real Madrid mencetak lebih dari 2 gol pertandingan dan kemasukan kurang dari 1 gol per pertandingan.
Kehebatan Benitez lainnya adalah bahwa dia mampu membawa keseimbangan dalam tim. Semua pemain bisa menjadi pemain yang berbahaya dan mencetak gol. Tak hanya bergantung pada Ronaldo saja. Benzema, Gareth Bale, James Rodriguez, sampai Marcelo dan Sergio Ramos bisa berkontribusi dalam mencetak gol musim ini. Sepakbola adalah permainan tim, karena itu semua pemain dalam tim tentu saja harus berkontribusi sama terhadap permainan. Begitu kira-kira filosofi yang dianut oleh Benitez.
Baca: Real Madrid Krisis, 5 Kejadian Setelah Dicukur Barcelona 4-0
Sayangnya, filosofi Benitez ini tampak tak disukai oleh Ronaldo. Sebagai pemain terbaik di dunia, Ronaldo tampak ingin seluruh lampu panggung tersorot kepadanya. Dia menilai Benitez sebaiknya membangun tim yang bisa mendukungnya dalam menciptakan gol. Dia meminta semua alur bola ke depan diberikan kepadanya.
One man show, itulah tipikal Ronaldo. Dia akan gusar jika pencapaian individunya tak bisa secemerlang musim terdahulu. Dia tampak tak terlalu pusing dengan pencapaian tim. Ronaldo uring-uringan karena musim ini dia baru menciptakan 13 gol di semua kompetisi untuk Real Madrid. Padahal pertengahan musim sudah akan tiba. Catatan itu jauh dibanding musim lalu, ketika Real Madrid masih ditangani Carlo Ancelotti. Dia menciptakan 48 gol semusim, tapi Real Madrid tak mendapat satu pun gelar.
Dalam pertandingan Sabtu malam lalu, karakter One man show Ronaldo sepertinya menular ke banyak rekan-rekannya. Trio Benzema, Bale, Ronaldo plus James Rodriguez tampak tak dapat berkolaborasi dengan baik. Ketiganya lebih memilih mengeksekusi sendiri bola yang berada di kaki mereka ketimbang membagi bola kepada rekannya.
Statistik pertandingan memperlihatkan bahwa Ronaldo dan kawan-kawan lebih banyak melakukan tendangan dari luar kotak penalti. Sebanyak 54 persen dari 13 tembakan Real dilakukan dari luar kotak pinalti. Bandingkan dengan 28 persen tembakan dari luar pinalti yang dilakukan Barcelona dan 72 persen dari 18 tembakan dari dalam kotak pinalti. Artinya, para pemain Real Madrid tak mau membagi bola ketika dihadang lawan dan lebih memilih melakukan tendangan jarak jauh meskipun rekannya berada di dalam kotak pinalti lawan.
Bandingkan dengan trio Luis Suarez, Neymar Jr dan Sergio Roberto plus Andreas Iniesta di kubu Barcelona. Keempat gol Barcelona Ahad dini hari kemarin adalah hasil kolaborasi apik dan ketidakegoisan mereka. Permainan kaki ke kaki yang diperagakan mereka mampu membongkar rapatnya pertahanan Real Madrid yang digalang oleh Ramos dan Raphael Varane.
Sebagai pemain terbaik dunia, Ronaldo juga tampak manja. Dia malas turun ke lini tengah untuk merebut bola. Otomatis, dia tak berkontribusi apa pun untuk pertahanan Real Madrid. Berdasarkan data laman Whoscored, hampir 100 persen pergerakan Ronaldo berada di 1/3 lapangan permainan Barcelona. Artinya, selama pertandingan dia hanya menunggu suply bola dari lini tengah yang digalang oleh Luka Modric, James Rodriguez dan Toni Kroos.
Jauh jika dibandingkan dengan Suarez atau Neymar Jr yang tak segan berjibaku di lini tengah. Suarez, berdasarkan statistik yang sama, bahkan memiliki pergerakan yang imbang antara di lini tengah dengan lini depan.
BACA: Barca Tak Butuh Messi Lagi? Ini Penjelasannya...
Sayangnya, Benitez tampak tak terlalu tegas terhadap Ronaldo. Dia tak berani membangku-cadangkan Ronaldo seperti yang dilakukan oleh pelatih Alex Ferguson jika Ronaldo bertingkah saat masih berseragam Manchester United. Jika Benitez tak ingin nasibnya ditentukan oleh Ronaldo, tampaknya dia harus segera mengambil tindakan.
Satu pesan yang harus dicamkan oleh Florentino Perez adalah bahwa mengganti pelatih bukanlah sebuah solusi. Benitez bukanlah pelatih kacangan. Dia memiliki rekor bagus ketika menangani Liverpool dengan dua kali membawa The Reds ke final Liga Champions, satu kali menang, satu kali lagi kalah.
Mendepak Ronaldo dari Real Madrid mungkin pilihan yang bagus bagi Perez. Meskipun dia adalah seorang mega bintang, Ronaldo tampak tak mau berbagi panggung dengan bintang lainnya. Dan itu bisa menggagalkan impian Los Galacticos mengulang kesuksesan seperti di era Zinadine Zidane, Luis Figo dan David Beckham. (Baca: Ronaldo Murka di Real Madrid, Ditunggu di Old Trafford)
FEBRIYAN