TEMPO.CO, Surabaya – Keputusan Badan Olahraga Profesional Indonesia (BOPI) yang tidak bersedia memberikan izin kepada PT Liga Indonesia untuk menggelar kompetisi dinilai tepat. Penyebabnya, PT Liga menolak bertemu dengan Tim Transisi Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia seperti arahan BOPI.
“Menurut saya BOPI tidak mengizinkan itu benar. PT Liga Indonesia itu memang nggak mau reformasi, kok,” kata salah seorang anggota Tim Transisi Djoko Susilo kepada wartawan di Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah Surabaya, Sabtu, 9 Januari 2016.
Sikap yang seperti itu, kata Djoko, menunjukkan bahwa PT Liga Indonesia tak memiliki keinginan untuk mendukung reformasi persepakbolaan Tanah Air. “PT Liga dan PSSI ini memang nggak mau reformasi sepak bola. Apanya yang diharapkan dari orang-orang seperti itu kalau nggak mau memperbaiki diri?”
Djoko tak bisa menerima bila PT Liga tidak menganggap keberadaan Tim Transisi yang dibentuk Kementerian Pemuda dan Olahraga tersebut. Djoko menegaskan, Tim Transisi adalah pengganti Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia selama organisasi tersebut dibekukan sehingga PT Liga wajib meminta rekomendasi tim itu.
“Kalau nggak mau minta izin, ya sekarang Joko Driyono biarin aja nggak kami kasih izin. Itu sikap-sikap arogan,” kata bekas Duta Besar Rerpublik Indonesia untuk Swiss itu.
Sebelumnya, PT Liga Indonesia mengirimkan surat permohonan rekomendasi kepada BOPI demi bisa menggelar Liga Super Indonesia. Namun melalui surat resmi pada tanggal 5 Januari 2016, BOPI menolak permohonan PT Liga.
Penyebabnya, PT Liga masih menggandeng PSSI untuk menggelar kompetisi yang statusnya masih dibekukan Menteri Olahraga Imam Nahrawi. BOPI meminta PT Liga berkoordinasi dengan Tim Transisi bila serius ingin menggelar kompetisi.
ARTIKA RACHMI FARMITA