TEMPO.CO, Jakarta - Indonesia Super Competition (ISC) yang rencananya digulirkan pada Maret sampai November mendatang, dipastikan menggunakan format Indonesia Super League (ISL). Namun tidak ada promosi dan degradasi.
"Saya memastikan ISC dan turunannya tidak bisa mengadopsi sistem promosi dan degradasi karena ini bukan ISL dan kompetisi PSSI," ujar Direktur Utama PT Liga Indonesia Joko Driyono kepada wartawan di kantornya, di kawasan Kuningan, Jakarta, Selasa, 19 Januari 2016.
Joko menegaskan, meski format yang digunakan sama dengan ISL, ISC adalah kompetisi terobosan karena kesulitan perizinan akibat PSSI dibekukan. Harapannya, kata dia, ISC bisa menjadi terobosan jangka pendek agar sepak bola bisa tetap hidup.
Ide menggulirkan ISC muncul dalam rapat para pemilik klub ISL dengan direksi PT Liga, Sabtu, 16 Januari 2016. Sebanyak 18 klub ISL yang merupakan pemegang saham PT Liga, kata Joko, bahkan juga meminta sebagian pendapatan dari kompetisi ISC digunakan untuk menggelar kompetisi turunan di bawahnya, seperti U-21, Divisi Utama, Liga Nusantara, dan Piala Suratin.
Joko menegaskan semangat untuk menjalankan kompetisi itu tidak semata-mata untuk bisnis. Melainkan, ia menambahkan, juga untuk pembinaan sepak bola.
"Sekalipun sepak bola kita masih dalam masa-masa sulit karena pembekuan federasi ini, kami tidak ingin di level kompetisi ini, anak-anak kehilangan masa bermain, sehingga pada saat kesempatannya ada, tim nasional kita tidak siap karena kompetisi tidak ada," kata Joko.
Karena mempertimbangkan harapan bisa tampil di AFF 2016 pada Desember mendatang, jadwal ISC sengaja dibuat agar tidak mengganggu persiapan untuk ajang tersebut.
RINA WIDIASTUTI