TEMPO.CO, Malang - Bersamaan dengan peringatan hari ulang tahunnya ke-63, klub Persema Malang bangkit kembali seraya meminta Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia memutihkan sanksi yang dijatuhkan pada 2011.
“Kami ingin membuktikan Persema Malang masih ada setelah cukup lama vakum karena di-suspend PSSI,” ucap Manajer Hukum dan Bisnis PT Singosari Sakti Indonesia (operator Persema Malang) Bambang Suryo alias BS dalam jumpa pers di Restoran Ocean Garden, Jalan Wilis, Kota Malang, Senin malam, 20 Juni 2016.
Menurut BS, upaya agar pembekuan dicabut sudah intensif dilakukan. Namun sejumlah petinggi PSSI kukuh mengatakan Persema boleh kembali berkiprah dalam persepakbolaan Indonesia jika hasil Kongres PSSI membolehkannya.
Bekas pemain dan wasit nasional itu sangat optimistis Persema terbebas dari hukuman PSSI. “Insya Allah, 99,9 persen saya optimistis Persema bisa main lagi,” ujarnya BS, yang sempat moncer namanya sebagai pembongkar praktek mafia persepakbolaan Indonesia, terutama soal pengaturan skor pertandingan.
Saat ini klub berjulukan Laskar Ken Arok itu sudah bersiap membentuk tim dengan 18 pemain, termasuk beberapa pemain asing. Tim pelatih beranggotakan beberapa bekas pemain top Persema, seperti Hari Siswanto dan Dedi Purnomo.
Sedikitnya tiga sponsor akan mendukung keuangan klub yang lahir pada 20 Juni 1953 itu. Saat ini, tutur BS, manajemen tidak punya tanggungan terhadap para pemain, ofisial, dan pihak lain karena sudah dibereskan pengelola sebelumnya.
Rabu, 22 Juni 2016, Persema akan menggelar latihan perdana untuk melakoni pertandingan uji coba melawan Persebaya 1927. Lokasi pertandingan di Surabaya, meski jadwalnya belum dipastikan.
Berdasarkan data yang dihimpun Tempo, kegiatan Persema Malang sempat dihentikan. Pengelolaannya dialihkan dari PT Singosari Sakti Indonesia ke Pengurus Cabang PSSI Kota Malang menyusul pembubaran Persema pada Senin, 23 September 2013.
Manajemen Persema mengklaim diri sebagai korban dualisme kepengurusan PSSI antara kubu pendukung Liga Super Indonesia dan Liga Prima Indonesia. Tim yang juga berjulukan Bledheg Biru itu terpuruk bersama Persibo Bojonegoro, Persebaya 1927, dan PSM Makassar yang hengkang dari kompetisi LSI ke LPI musim 2009/2010. Pengelolaan Persema masa itu pun beralih dari Pemerintah Kota Malang ke PT Singosari Sakti Indonesia.
Dalam Kongres PSSI di Bali pada 2011 diputuskan Persema bersama Persibo dan Persebaya dihukum turun ke Divisi Tiga alias masuk kasta amatir. Sanksi ini belum dicabut hingga Kongres Luar Biasa PSSI di Jakarta, 17 Maret 2013. Nasib ketiga tim pun tak dibahas dalam Rapat Tahunan PSSI di Surabaya pada 17 Juni 2013.
Sejak saat itu, Persema makin terpuruk. Persema bangkrut setelah sponsor produk minuman dari Jerman mengundurkan diri. Hampir semua pemain senior, seperti Bima Sakti dan Irfan Bachdim, hengkang. Jadwal latihan amburadul. Prestasi di LPI pun jelek.
Pengurus Persema masa itu terus berusaha meminta pemutihan kepada PSSI atau minimal sanksi diubah menjadi turun ke Divisi Utama. Tapi permintaan Persema tidak digubris PSSI sampai akhirnya pengurus Persema pasrah dan merelakan diri dikelola PSSI Kota Malang. Sikap menyerah ini juga dipicu Pemerintah Kota Malang yang belakangan menyetujui Persema main di liga amatir karena yang penting Persema tetap eksis.
ABDI PURMONO