TEMPO.CO, Jakarta - Gelandang Manchester United, Bastian Schweinsteiger, benar-benar merana. Setelah didepak dari tim utama, pemain asal Jerman tersebut kini dibandrol dengan sangat murah.
The Red Devils --julukan Manchester United-- hanya menjualnya dengan harga 2 juta pound sterling atau sekitar Rp 34,9 miliar. Padahal Schweinsteiger adalah pemain yang membawa Jerman meraih gelar juara dunia pada 2014.
Tak hanya itu, sebelum pindah ke Manchester United, Schweinsteiger adalah salah satu pemain kunci Bayern Muenchen. Sehingga bandrol yang kelewat murah tersebut adalah penghinaan luar biasa.
"Apa yang dialami Schweinsteiger sungguh sangat pahit dan menyedihkan," kata penjaga gawang Bayern Muenchen, Manuel Neuer, seperti dikutip dari Soccerway, kemarin.
Neuer pernah bermain bersama Schweinsteiger di Bayern Muenchen dan tim nasional Jerman. Karena itu ia tahu persis kualitas rekannya itu. "Dia salah satu gelandang terbaik yang pernah saya kenal," katanya.
Namun penilaian Manchester United berbeda, apalagi sejak mereka merekrut Jose Mourinho sebagai pelatih pada musim panas ini. Sejak itu, Schweinsteiger tak mendapatkan tempat. Ia terbuang dan dikucilkan.
Mereka, misalnya, menurunkan level Schweinsteiger dengan menyuruhnya berlatih bersama tim cadangan atau Manchester United U-21. Strategi ini digunakan Manchester United untuk memaksa Schweinsteiger hengkang.
Sebab mereka kini sudah punya gelandang baru dari Juventus, yakni Paul Pogba. Pogba dibeli dengan harga fantastis: 89 juta pound sterling atau sekitar Rp 1,5 triliun.
Selain itu gaji Schweinsteiger juga dianggap membebani finansial klub. Manchester United harus menggaji Schweinsteiger sebesar 190 ribu pound sterling per pekan atau sekitar 10 juta pound sterling per tahun hingga 2018.
Artinya, sampai kontrak Schweinsteiger berakhir, Manchester United harus merogoh kocek 20 juta pound sterling lagi. Jumlah ini, tentu saja, memberatkan. Apalagi performa Schweinsteiger juga payah.
Karena itulah Manchester United kemudian membanting harga. Namun meskipun sudah dibandrol sangat murah, belum ada satu pun klub yang menawar Schweinsteiger.
"Sebab klub yang membelinya otomatis harus menggaji Schweinsteiger sebesar 190 pound sterling per pekan," tulis Manchester Evening News. "Ini adalah jumlah yang cukup besar."
Schweinsteiger sendiri sudah mengambil sikap. Ia mau saja hengkang asal bukan ke tim Eropa. Melalui akun twitternya, pemain berusia 32 tahun ini menulis, "MU adalah klub terakhir saya di Eropa."
Artinya, kalau pun pindah, ia hanya mungkin hengkang ke Major League Soccer (MLS) di Amerika Serikat atau ke Liga Super Cina (CSL). Persoalannya, bursa transfer MLS sudah tutup pada 3 Agustus lalu. Sementara bursa transfer CSL sudah ditutup 15 Juli.
Pada saat yang sama bursa transfer pemain Eropa pada musim panas ini sudah akan berakhir pada 1 September. Sehingga peluang Manchester United untuk menjual Schweinsteiger menjadi sangat kecil.
Bisa jadi pula keputusan Schweinsteiger enggan pindah ke klub Eropa adalah perlawanannya terhadap kesewenangan --jika bisa disebut demikian-- yang dilakukan Manchester United terhadapnya.
Sebab, saat menulis pernyataan "MU adalah klub terakhir saya di Eropa" ia pasti sudah tahu jika bursa transfer MLS dan CLS telah tutup. Kalau bukan ke klub Eropa, MLS, dan CLS, lantas kemana lagi ia akan pindah?
Schweinsteiger, setidaknya sampai saat ini, memenangi adu taktik dengan klubnya. Sebab, jika ia benar-benar bertahan di Old Trafford, maka ia akan tetap mendapatkan gaji 190 juta pound sterling setiap pekan meskipun tak pernah lagi dimainkan.
MANCHESTER EVENING NEWS | ESPN FC | SKY SPORTS | DWI AGUSTIAR