TEMPO.CO , Milan: Roberto Donadoni kembali ke San Siro, malam ini, Sabtu, 16 Maret 2014 . Bekas pemain AC Milan pada tahun keemasannya, era 1990-an, ini datang bersama klub asuhannya, Parma, dengan tujuan memetik nilai penuh.
Bekas klubnya, AC Milan, memang sedang limbung. Sebaliknya, Parma tengah memburu ambisi untuk bisa bermain di level Eropa. Situasi tim Milan yang sedang buruk akan dia manfaatkan dengan sebaik-baiknya.
Menyusul kekalahan dari Atletico Madrid di babak 16 besar Liga Champions, kondisi tim Rossoneri memang berantakan. Kalah 1-4, setelah sebelumnya “tewas” di kandang sendiri dengan skor 0-1, memang tak bisa diterima banyak orang.
Arrigo Sacchi—manajer yang membuat Milan sangat perkasa pada era 1990-an—sungguh kecewa. “Ini sih bukan sebuah tim. Mereka sama sekali tidak bermain secara kolektif. Saat menyerang, sama saja. Mereka main sendiri-sendiri. Gaya permainan yang tidak masuk akal,” katanya.
Semua pemain, bahkan sang manajer, disalahkan. Clarence Seedorf jelas terancam nasibnya. Berada di posisi ke-10 jelas bukan yang diinginkan para pembesar klub itu.
Lebih buruk lagi nasib Mario Balotelli. Pemain keturunan Ghana ini dikabarkan akan dilepas pada musim depan. Ketajamannya memang buruk.
Dari 19 kali bermain, dia hanya mencetak 10 gol. Jauh lebih buruk daripada penampilannya musim lalu, pada paruh musim pertamanya, yang mampu mencetak 12 gol dari 13 pertandingan.
Satu orang yang membelanya hanyalah Jose Mourinho. Manajer Chelsea yang pernah sama-sama di Inter Milan—dengan gelar treble-nya—itu yakin Balotelli tetap merupakan pemain dengan talenta yang luar biasa. “Dia anak yang baik, dan saya sangat ingin bekerja dengannya,” katanya.
Pertanda mereka akan kembali bersama di Chelsea? “Yang pasti, dia pernah bermain di Liga Inggris. Untuk bisa bekerja lagi dengan Mario, saya tidak perlu menjadi manajer Milan atau timnas Italia. Namun kita semua tidak pernah tahu apa yang akan terjadi kelak,” katanya.
Sejauh ini hanya Mourinho yang dianggap Balotelli sebagai manajer yang mengerti tentang dirinya. “Tentu saja saya ingin kembali bermain bersama Jose. Sewaktu di Milan, saya juga kesulitan di awal, namun setelah itu kami saling menghormati. Kami pun berteman baik,” katanya. “Saya tidak pernah merasa bosan bersamanya.”
Namun Simon Rice, penulis The Independent, ragu kali ini Mou bisa mengendalikan keanehan kelakuan striker timnas Italia itu.
Laga melawan Parma tentu akan menjadi medan bagi Balotelli untuk menunjukkan bahwa dia memang layak dilirik kembali oleh Mou. Bermain habis-habisan dalam laga ini, dengan meninggalkan egonya jauh-jauh, memang bukan lagi untuk klub yang sudah mendepaknya, melainkan untuk dirinya.
BLEACHER REPORT | GOAL | IRFAN BUDIMAN
Berita Terpopuler
Ekspresi Ahok Saat Detik-detik Deklarasi Jokowi
Jokowi Capres, Warga Semeru: Satria Piningit Datang
Ini Catatan Pengusaha kepada Jokowi