TEMPO.CO, Jakarta - Manajer Leicester City, Claudio Ranieri, menyimpan pemain kuncinya, yaitu Riyad Mahrez, Islam Slimani, dan Shinji Okazaki, saat melawan Chelsea di Liga Primer Inggris, Sabtu lalu. Ini dilakukan demi targetnya di Liga Champions Eropa dinihari nanti.
“Liga Primer satu tahun. Liga Champions hanya dua bulan: lolos atau tersingkir. Anda ingin maju ke babak selanjutnya. Ini membutuhkan semua pemain dalam keadaan bugar,” kata Ranieri.
Dalam debutnya di kejuaraan utama antarklub Eropa musim 2016/2017 ini, Leicester memburu kemenangan ketiga beruntun pada babak penyisihan Grup G melawan FC Copenhagen di Stadion King Power, Leicester, dinihari nanti.
Saat dikalahkan Chelsea 3-0 di Stadion Stamford Bridge, London, Sabtu lalu, pelatih asal Italia ini baru menurunkan pemain sayapnya yang sangat kreatif, Mahrez, dan penyerang barunya yang jangkung, Islam Slimani, pada menit ke-66. Ini artinya dua pemain terkemuka dari Aljazair tersebut hanya tampil sekitar 24 menit.
Adapun Okazaki, bintang Jepang yang biasa bekerja keras di belakang dua penyerang Leicester, bahkan tidak didaftarkan Ranieri dalam skuad melawan Chelsea akhir pekan lalu.
Setelah membawa sejarah baru buat Leicester dengan memenangi Liga Primer musim lalu, Ranieri tampaknya lebih memprioritaskan Liga Champions. Ia lebih mengincar prestasi penting di kejuaraan elite Eropa dibanding mempertahankan gelarnya di liga domestik.
Sejumlah pengamat boleh mengkritik Leicester adalah sang juara bertahan yang medioker di Liga Primer. Mereka kalah empat kali dari delapan pertandingan musim ini.
Namun, di Liga Champions, mereka mencatat rekor kemenangan 100 persen dengan mengalahkan Club Brugge dan FC Porto untuk memimpin Grup G.
Membangkucadangkan Slimani adalah keputusan kontroversial Ranieri sejak menjadikan mantan pemain Sporting CP ini sebagai pemain dengan transfer termahal di Leicester, yaitu 28 juta pound sterling atau sekitar Rp 445,32 miliar, Agustus lalu.
Tapi Ranieri sudah melihat bagaimana Slimani menjadi penentu kemenangan kala melawan Porto. Yang patut ditunggu apakah Ranieri akan menduetkan Slimani dengan penyerang Inggris, Jamie Vardy, dalam formasi 4-4-2 melawan Copenhagen. Atau, pemain Aljazair ini tampil sendiri sebagai ujung tombak.
Penentuan lini depan ini mungkin bergantung pada kesiapan kebugaran Okazaki, yang kerap kali bermain sebagai gelandang serang.
Ranieri menegaskan Okazaki tidak cedera. Tapi ia berhati-hati dengan kondisi bintang Jepang ini setelah bertanding membela negaranya. “Ia tidak cedera. Tapi, setiap kembali (dari pertandingan internasional), ia bukan Okazaki, tapi saudara lelakinya,” kata Ranieri.
Tidak seperti saat tampil di Liga Primer, pertahanan Leicester jauh lebih solid ketika bermain di Liga Champions. Dipimpin kiper Kasper Schmeichel dan bek tengah, Robert Huth, mereka belum kebobolan.
Sama seperti Leicester, kapten Copenhagen, Thomas Delaney, mengatakan mereka memprioritaskan Liga Champions. “Ada perbedaan besar di antara (Denmark) Superliga dan Liga Champions. Itu sebabnya kami ingin tampil maksimal di Liga Champions,” kata Delaney.
Copenhagen menempati urutan kedua Grup G dengan menang dan seri masing-masing sekali. Selain kehadiran Delaney di lini tengah, ancaman buat Huth dan kawan-kawan dalam laga dinihari nanti adalah penyerang Andreas Cornelius.
BLEACHER REPORT | LEICESTER MERCURY | INDEPENDENT | PRASETYO