TEMPO.CO, Jakarta - Kongres Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia yang berlangsung di Hotel Mercure, Ancol, Jakarta, Kamis, 10 November 2016, batal mengampuni mantan Ketua Umum PSSI Djohar Arifin Husin dan kawan-kawan yang terkena sanksi perseorangan, sehingga mereka tidak bisa lagi mengikuti kelanjutan kongres itu.
Keputusan pembatalan pengampunan ini didapat setelah dilakukan voting yang melibatkan semua pemilik suara yang hadir. Voting dipimpin ketua sidang yang juga pelaksana tugas Ketua Umum PSSI Hinca Panjaitan.
Dari voting yang dilakukan, 84 pemilik suara tidak setuju pengampunan dilakukan, 14 setuju, dan tujuh lain tidak menentukan sikap. Adapun totalnya 107 suara.
"Dengan adanya keputusan ini, konsekuensinya adalah pihak yang tidak diampuni harus keluar dari lokasi kongres," ujar Hinca dengan tegas.
Pada Juni 2015, Djohar dihukum Komite Etik PSSI dengan sanksi larangan beraktivitas dalam sepak bola nasional seumur hidup karena dianggap bersalah bertemu dengan Menteri Pemuda dan Olahraga dengan mengatasnamakan PSSI. Selain Djohar, perseorangan yang batal diampuni sanksinya adalah Sihar Sitorus, Tuty Dau, Bob Hippy, Widodo Santoso, dan Farid Rahman. Sedangkan untuk persoalan klub, hanya Persibo dan Persema Malang yang masuk agenda ketujuh, sedangkan soal dualisme Persebaya dan Arema tak masuk agenda pembahasan.
Sementara itu, Djohar mengaku menerima keputusan Kongres PSSI. Bahkan mantan Sekretaris Jenderal Komite Olahraga Nasional Indonesia ini langsung keluar gelanggang kongres itu. Sebelum keluar, Djohar sempat menyalami beberapa pengurus PSSI dan undangan. "Saya menerima keputusan ini. Saya juga mengundurkan diri dari pencalonan," tuturnya saat dikonfirmasi.
Djohar adalah satu dari sembilan calon yang akan bersaing berebut kursi Ketua Umum PSSI.
ANTARA
Baca:
Adakah Indikasi Politik Uang di Kongres PSSI? Ini Temuan SOS
Ibrahimovic Optimistis Antar Man United Juara Liga Inggris