TEMPO.CO, Jakarta - Mantan gelandang Italia Gennaro Gattuso kembali ke AC Milan, tempat ia menghabiskan sebagian besar kariernya, untuk melatih tim junior. Pria 39 tahun itu meninggalkan pekerjaannya sebagai pelatih Pisa pada awal bulan ini, ketika mereka terdegradasi ke strata ketiga sepak bola Italia setelah satu musim di Seri B.
"Sejauh yang saya cermati, ini merupakan pilihan tepat dan bukan langkah mundur," kata Gattuso kepada stasiun televisi Mediaset Premium. "Saya kembali ke klub hebat yang ingin kembali besar. Saya berharap dapat memancarkan rasa kepemilikan dan membantu para pemain untuk berkembang."
Gattuso, yang menghabiskan 13 musim di Milan, memimpin Pisa promosi dari strata ketiga pada 2015/2016 dan berkata bahwa hal itu sama bagusnya dengan memenangi Liga Champions, yang ia lakukan dua kali bersama Milan. "Saya akan berada dekat dengan tim pertama karena Anda harus bermain dengan ide yang sama dan memiliki identitas yang sama," kata dia.
Ia berhenti dari klub itu pada Agustus karena masalah-masalah di luar lapangan, namun dibujuk untuk kembali sebulan kemudian.
Pisa terus mengalami hambatan sepanjang musim dan harus dikurangi empat angka karena pembayaran pajak dan jaminan sosial yang terlambat.
Pengalaman kepelatihan Gattuso sudah cukup lumayan. Ia memulainya di tim divisi pertama Swiss Sion pada 2013 namun dipecat setelah bekerja selama tiga bulan, kemudian bergabung dengan klub Serie B Italia Palermo, di mana ia didepak setelah enam pertandingan.
Pada 2014, ia mencoba peruntungannya dengan klub Liga Yunani OFI Crete yang dilanda masalah-masalah keuangan dan, menurut Gattuso, "kesulitan untuk memberi makan para pemain mereka."
Ia hanya bertahan selama enam bulan, di mana ia mencatatkan konferensi pers yang diingat banyak orang, yakni ketika ia berulang-ulang memukulkan tinjunya ke atas meja dan berkata dalam bahasa Inggris yang kurang lancar, bahwa ia mengharapkan para pemainnya "bermain dengan nyali" meski terdapat sejumlah masalah.
Gattuso mengatakan masalah-masalah itu telah mengubah dirinya. "Saya memiliki lebih banyak pengetahuan, saya semakin matang, dan saya keluar dengan mentalitas yang benar-benar berbeda."
ANTARA