TEMPO.CO, Santiago - Pelatih tim nasional Cile, Jorge Sampaoli, tersenyum kecut ketika menyaksikan kemenangan Argentina atas Paraguay di babak semifinal Copa America 2015, Rabu, 1 Juli 2015. Dalam laga tersebut Argentina sukses membungkam Paraguay dengan skor mengejutkan: 6-1. Kemenangan besar ini sama sekali di luar perhitungannya.
"Kami harus benar-benar menyiapkan diri karena bisa saja kami menjadi korban ledakan mereka berikutnya," kata Sampaoli, seperti dikutip dari koran yang terbit di Cile, Canchallena. “Ledakan” Argentina itu memang cukup mengejutkan karena performa mereka dalam empat laga sebelumnya biasa saja, kalau tak bisa dibilang buruk. Saat menghadapi Kolombia di babak perempat final, misalnya, Argentina baru bisa menang setelah melalui drama adu penalti. Sama sekali tidak mengesankan.
Namun sesuatu terjadi saat mereka bertemu dengan Paraguay di babak semifinal. Sesuatu yang membuat Argentina menemukan kembali irama permainan mereka. Sampaoli meminta para pemain dan stafnya menonton ulang video pertandingan tersebut untuk mengetahui apa yang menyebabkan Argentina meledak. Sebab, Ahad dinihari nanti, Minggu, 5 Juli 2015, timnya akan menghadapi Argentina di babak final Copa America. Ini adalah laga yang telah dinanti rakyat Cile selama hampir satu abad.
Cile sudah mengikuti Copa America sejak 99 tahun silam. Hanya ada tiga tim lain yang punya sejarah sepanjang ini, yakni Argentina, Brasil, dan Uruguay. Namun, dari ketiga negara tersebut, hanya Cile yang belum sekali pun meraih trofi Copa America. Uruguay sudah mengoleksi 15 trofi, sementara Argentina dan Brasil masing-masing mengoleksi 14 dan delapan trofi. Tak mengherankan jika Sampaoli menargetkan kemenangan. Apalagi turnamen terbesar di Amerika Selatan ini berlangsung di Cile. Namun, tentu saja, tak mudah menekuk Argentina.
Selain performa mereka sedang moncer, statistik juga berpihak kepada Tim Tango--julukan Argentina. Dalam enam pertemuan terakhir kedua tim, misalnya, Cile baru sekali mengantongi kemenangan. "Argentina sangat kuat. Untuk melawan mereka, Cile tak cukup hanya bermain sempurna. Mereka juga membutuhkan keberuntungan," kata pelatih Portugal, Fernando Santos.
Portugal adalah tim yang terakhir kali mengalahkan Argentina, yakni saat kedua tim bertanding dalam laga uji coba pada November tahun lalu. Saat itu Portugal menang dengan skor 1-0. Sejak hasil pahit itu, sampai saat ini Argentina belum pernah lagi menelan kekalahan. Dengan begitu, ada baiknya mendengar nasihat Fernando.
Fernando menyarankan agar Cile tak menerapkan taktik man marking untuk mematikan langkah Messi. Sebab, taktik itu akan sia-sia. "Dia terlalu hebat untuk dihadang," katanya. Satu-satunya cara mematikan Messi adalah dengan mencegahnya mendapatkan bola. "Harus ada yang mencegah bola mengalir ke kakinya," Fernando menambahkan. Saran Fernando ini didukung kapten Cile, Claudio Bravo. Claudio bermain satu tim dengan Messi di Barcelona, sehingga ia tahu persis karakter Messi. "Namun kami tidak boleh hanya fokus pada Messi karena Argentina punya pemain hebat lain. Kami harus bermain secara kolektif," kata Claudio.
Sampaoli, sampai pertandingan digelar Ahad dinihari nanti, masih punya waktu untuk mencari strategi yang pas untuk timnya. Menarik Argentina ke dalam perang terbuka jelas bukan pilihan, namun memarkir bus di depan gawang juga tak mungkin. Lalu, strategi apa yang akan diterapkannya? Mari kita tunggu.
CHANCALLENA | ESPN FC | GOAL | DWI RIYANTO AGUSTIAR