TEMPO.CO, Jakarta - Pertandingan Persija Jakarta melawan Persib Bandung pada paruh pertama musim kompetisi Liga 1 2019 dijadwalkan akan berlangsung di Stadion Gelora Utama Bung Karno, Jakarta, pada Rabu sore, 10 Juli 2019, mulai pukul 15.30 waktu Indonesia bagian barat.
Pertandingan masih dua hari lagi, tapi mengingat besarnya suporter masing-masing tim dan sejarak konflik mereka, pertandingan El Clasico-nya Indonesia tak bisa dianggap main-main, terutama dari segi keamanan.
Selama ini, untuk mencegah dampak buru sejarah bentrokan suporter yang sampai memakan korban jiwa, pendukung Persib yang dikenal dengan sebutan Bobotoh diimbau atau malah dilarang untuk pergi ke kandang Persija jika kedua tim bertemu. Demikian juga sebaliknya buat suporter Jakmania.
Meski demikian, beberapa tahun lalu, masih ada juga ada insiden ketika beberapa orang yang mengaku pendukung Persija melempari bus tim Persib di Jalan Gatot Subroto, Jakarta, ketika hendak menuju Gelora Bung Karno di Senayan. Akibatnya Persib menarik diri dari pertandingan melawan Persija.
Di Liga 1 2019, Persija sebelumnya memakai Stadion Patriot Candrabhaga, Bekasi, sebagai kandang pertandingan mereka. Tapi, jika belum diubah keputusannya dan kemungkinan pelarangan izin bertanding di GBK, pemakaian stadion kebanggaan nasional itu tampaknya didasarkan pada kuatnya gengsi pertandingan dua legenda perserikatan PSSI bagi panitia pertandingan pelaksana Persija.
Tapi, di Senayan maupun di Bekasi, pertandingan Persija melawan Persib akan selalu menjadi daya magnet buat para penonton dan lebih-lebih bagi para suporternya. Ini terbukti bagaimana Haringa Sirila, salah seorang suporter Persija, yang diam-diam nekat pergi ke Stadion Gelora Bandung Lautan Api, Bandung, 24 September 2018, dan kemudian mengembuskan napasnya di sana karena tindakan penganiayaan.
Kemungkinan besar meski tragedi tersebut sudah berlalu bakal ada imbauan –atau mungkin malah larangan- buat Bobotoh untuk tidak pergi ke GBK pada Rabu mendatang.
Di situs AyoBandung.com, pelatih Persib Bandung, Robert Rener Alberts, menegaskan permusuhan dua suporter yang menjurus ke tindakan anarkis itu harus harus diakhiri. Hal ini, kata Robert, untuk membangun citra positif sepak bola Indonesia.
“Kami tidak bisa membenci klub lain yang pemainnya sama-sama membela tim nasional yang sama. Semua suporter di Indonesia seharusnya mendukung tim nasionalnya sehingga mereka menjadi satu,” katanya.
Robert Rene Alberts mengatakan suporter harus mulai membenahni sikap, menunjukkan rasa saling menghargai, dan menghormati antarsesama suporter. “Menurut saya ini harus dimulai dan menjadi proses menjadi sepak bola yang profesional. Karena suporter yang profesional mereka tidak membenci tim lain.”