TEMPO.CO, Jakarta - Selasa siang, 22 Oktober 2019, sekitar pukul 13.30 WIB, ponsel Zainudin Amali berdering. Di ujung telepon, politikus Partai Golkar ini mendengar suara Deputi Protokol Pers dan Media Sekretariat Presiden, Bey Triadi Machmudin.
"Disampaikan bahwa saya diminta datang ke istana," kata pria kelahiran Gorantalo ini kepada Tempo di Gedung Kementerian Pemuda dan Olahraga, Jakarta, Kamis, 24 Oktober 2019.
Telepon tersebut merupakan sinyal kuat dirinya bakal masuk dalam Kabinet Indonesia Maju. Ia pun akhirnya ditunjuk menjadi Menteri Pemuda dan Olahraga.
Berikut petikan wawancara Tempo dengan Zainudin Amali sesaat setelah dilantik menjadi Menteri Pemuda dan Olahraga.
Bagaimana ceritanya Anda ditunjuk Presiden Jokowi menjadi Menteri Pemuda dan Olahraga?
Saya diberitahu untuk datang ke Istana Presiden oleh staf presiden.
Siapa yang menghubungi?
Saya berkomunikasi dengan Biro Pers Presiden, Bey Machmudin. Dia menyampaikan saya diminta datang ke istana. Seingat saya siang sehabis Salat Zuhur. Pas mau makan, kira-kira Pukul 13.30. Saya mohon izin makan dulu.
Apakah setelah mendapat telepon langsung berangkat ke Istana Presiden?
Saya sebenarnya sudah mau ke Paripurna DPR. Kan lagi ada paripurna. Selesai makan saya langsung berangkat. Di sana nunggu lumayan lama. Antrenya itu karena ada Ibu Ida Fauziah (menjadi Menteri Ketenagakerjaan), kemudian ada Pak Halim Iskandar (Menteri Desa). Kemudian ada Pak Fachrul Razi (Menteri Agama). Terus ada Bahlil (Kepala BKPM). Jadi saya urutan kelima nunggu giliran. Nunggu lama sampai ngantuk. Tertidur-tidur saya itu.
Lantas apa yang disampaikan Presiden Jokowi saat bertemu?
Intinya itu bahwa kita ini penduduknya lebih dari 260 juta. Masa sih tidak bisa berprestasi dengan baik di bidang olahraga. Negara-negara yang kecil saja itu bisa berprestasi di tingkat dunia. Kemudian ketika berdiskusi beliau lebih spesifik lagi bicara tentang sepak bola.
Ada pesan khusus untuk sepak bola Indonesia?
Beliau menyampaikan supaya berprestasi. Mengapa pada usia yang di bawah kita bisa bagus sampai usia 16 tahun, 17 tahun. Begitu masuk mulai senior kita malah melorot prestasinya. Ada apa? Itu menjadi tugas saya mencari.
Apa penyebab itu? Pak presiden menyampaikan kepada saya supaya berusaha semaksimal mungkin bisa mendapat satu Timnas Indonesia yang bisa dibanggakan. Yang bisa berprestasi bukan hanya di tingkat ASEAN tapi di Asia bahkan di internasional. Tentu piala dunia sasarannya.
Kami diskusikan tidak lama. Karena saya berpikir ada bidang pemuda dan keolahragaan. Bukan hal yang rumit kalau kita kerja dengan fokus dan sistematis.
IRSYAN HASYIM