TEMPO.CO, Jakarta - Timnas U-23 Indonesia akan berusaha merebut emas SEA Games 2019 saat bertemu Vietnam Selasa malam, 10 Desember 2019. Perjuangan akan berlangsung di Stadion Rizal Memorial, Manila, Filipina, tempat Indonesia meraih emas terakhir SEA Games pada 28 tahun lalu.
Rizal Memorial Stadium, yang berdiri sejak 1934 dan sudah direnovasi enam kali, menyimpan kenangan manis bagi Indonesia. Pada 1991, emas kedua dan terakhir di SEA Games direbut di sana, setelah dalam laga final mengalahkan Thailand.
Kala itu, Indonesia tampil dengan tim senior, bukan U-22 seperti saat ini. Aturan U-23 baru berlaku sejak 2011.
Indonesia Indonesia saat itu adalah Anatoli Fyodorich Polosin. Ia mengandalkan para pemain muda seperti Peri Sandria, Sudirman, Widodo Cahyono Putro, dan Rocky Putiray. Pelatih asal Rusia tersebut memadukannya dengan beberapa pemain senior seperti Robby Darwis, Hanafing, Eddy Harto, dan Ferril Raymond Hattu yang ditunjuk sebagai kapten.
Kombinasi junior-senior itu terbukti ampuh, meski lebih banyak mengandalkan permainan fisik. Di babak grup, yang juga diisi Filipina, Malaysia, dan Vietnam, Indonesia menjadi jaura grup. Mereka mengalahkan Malaysia (2-0), Vietnam (1-0), dan Filipina 2-1.
Indonesia pun melenggang ke semifinal dan bertemu Singapura di Rizal Memorial Stadium. Pertandingan pada 2 Desember 1991 itu berlangsung alot. Skor 0-0 bertahan hingga babak perpanjangan waktu.
Adu penalti kemudian dilakukan. Indonesia mampu memetik kemenangan dengan skor 4-2. Tim Merah Putih lolos ke final dan berjumpa tim kuat di Asia Tenggara, Thailand.
Lalu, tibalah saatnya final di Rizal Memorial, pada 4 Desember. Lagi-lagi pertarungan sulit dihadapi Tim Garuda yang tak diunggulkan. Skor 0-0 bertahan hingga babak perpanjangan waktu.
Adu penalti kembali dilakukan. Keadaan menegangkan. Maman Suryaman, sebagai penendang kedua Indonesia, gagal mencetak gol. Padahal tiga penendang awal lawan mampu mencetka gol. Skor 3-2.
Yusuf Ekodono yang menjadi penendang keempat Indonesia mencetak gol. Pemain Thailand, Suksun Kunsut, gagal. Widodo Cahyono Putro mencetak gol, Ronnachai Sayomchai gagal. Sudirman mencetak gol, Pairote Pongjan gagal. Skor 4-3. Indonesia pun meraih emas.
Widodo C Putro, salah satu pemain yang tampil saat itu, mengatakan timnya termotivasi ingin mengulang pencapaian Timnas di SEA Games 1987. "Motivasi kedua itu kita tidak diunggulkan, jadi tidak ada beban. Tapi kita percaya kekuatan dan kemampuan kita," kata dia saat dihubungi Tempo, Jumat, 6 Desember 2019.
Menjelang SEA Games 1991, Widodo bercerita, skuad Garuda harus menjalani pelatnas selama tiga bulan. Pemain berkonsentrasi penuh ke timnas. "Dulu memang pelatnas itu lepas dari klub, kalau sekarang zaman sudah berubah," kata dia.
Di final nanti, Pelatih Persita Tangerang ini mengingatkan kepada Egy Maulana Vikri dan kawan-kawan supaya bisa mengontrol emosi di lapangan. Menurut dia, kalau dalam kondisi emosi segala skema dan taktik yang ingin diterapkan tidak bakal berkembang. "Biarpun ketinggalan biar lawan memprovokasi, kita jangan sampai emosi," kata Widodo.
Dalam laga final malam nanti, Timnas Indonesia U-22 akan kembali bersua Vietnam. Di babak grup lalu, Indonesia dikalahkan lawan sama 1-2.
Karena itu, andai mampu mengalahkan Vietnam, Timnas Indonesia U-23 tak hanya menuntaskan dendam, namun juga meraih medali emas ketiga sepanjang sejarah SEA Games sekaligus mengulangi prestasi 1991 di Stadion Rizal Memorial.