TEMPO.CO, Jakarta - Zlatan Ibrahimovic memang luar biasa. Bagi dia, usia sekadar angka. Meski sudah berumur 38 tahun, Ibrakadabra—julukan Ibrahimovic—masih sanggup menunjukkan performa ciamik bersama AC Milan.
Pulang ke San Siro sejak awal Januari lalu, seketika Ibra menjadi penyerang andalan. Bukti paling anyar, pemain berkebangsaan Swedia itu hampir saja membawa Milan menang dalam laga Derby della Madonnina saat melawan Inter Milan, Senin lalu.
Pada babak pertama, Ibra berkontribusi dalam skor 2-0 untuk kubu Merah-Hitam. Ia mencetak satu gol dan satu umpan. Namun Inter justru keluar sebagai pemenang. Pasukan asuhan Antonio Conte itu mampu balik menggebuk Milan dengan empat gol di paruh kedua hingga skor akhir 4-2 untuk Inter.
Ibra terlihat mencak-mencak karena gagal memetik kemenangan bergengsi atas klub rival satu kota. Namun beberapa menit kemudian tensi mantan penyerang Manchester United itu turun. Saat bertemu dengan wartawan, ia pun berucap bahwa kekalahan dari Inter harus menjadi pelajaran berharga bagi kubu i Rossoneri.
“Kami harus menganalisis kesalahan kami pada babak kedua. Jangan sampai kesalahan ini terjadi lagi, terlebih saat kami bertanding lagi, tengah pekan ini," kata Ibrahimovic.
Sesuai dengan jadwal, Milan harus bertanding lagi dinihari nanti. Milan akan menjamu Juventus dalam pertandingan pertama semifinal Coppa Italia. Ibra sadar betul bahwa bukan pekerjaan mudah menumbangkan Si Nyonya Tua yang selalu perkasa dalam beberapa musim terakhir. Buktinya, dalam enam pertemuan terakhir, Milan selalu kalah dari Juve.
Pemain AC Milan, Zlatan Ibrahimovic berbincang dengan rekannya, Rafael Leao di akhir laga melawang Sampdoria dalam laga lanjutan Liga Italia Serie A di Stadion San Siro, Iralia, 6 Januari 2020. REUTERS/Daniele Mascolo
Sejumlah media Italia memprediksi pelatih Milan, Stefano Pioli, masih akan memasang duet Ibra dan Rafael Leao kala menghadapi Juventus. Pioli sadar betul bahwa faktor Ibrahimovic masih mujarab untuk bikin Milan tampil lebih galak dan punya banyak peluang gol.
Leao membenarkan bahwa Ibra adalah pemain yang mampu bikin Milan lebih berwarna. Bagi pemain berusia 20 tahun itu, Ibra adalah tandem luar biasa. Selayaknya pemain senior, Ibra selalu memberikan dorongan semangat dan motivasi bagi para pemain yang lebih muda.
Bagi Leao, Ibra mirip sosok kakak. Ketika bertemu saat latihan, mantan pemain Barcelona itu selalu memberikan saran dan nasihat ihwal menjadi seorang pemain juara.
"Faktanya, dia memang pemain juara. Setiap kali bermain bersamanya, rasanya seperti selalu diingatkan untuk tak menyerah mengejar mimpi," kata Leao.
L'EQUIPE | FOOTBALL ITALIA | INDRA WIJAYA