TEMPO.CO, Jakarta - Menurut Voetbal International, Ajax marah dengan salah satu aspek dari dari keputusan Asosiasi Sepak Bola Kerajaan Belanda (KNVB) pada Jumat, 24 April 2020.
Salah aspek dari keputusan yang diumumkan KNVB pada Jumat lalu adalah ide menggalang dana solidaritas dari klub-klub yang masuk zona Eropa untuk digunakan buat menolong klub lainnya yang dituangkan dalam sebuah pernyataan sebagai berikut.
“Badan sepak bola profesional berpendapat bahwa kesatuan dan solidaritas sangat penting untuk sepak bola Belanda (profesional) di masa yang sulit.”
“Untuk alasan ini, dewan berpendapat bahwa organisasi sepak bola profesional, dengan mereka yang akan berpartisipasi dalam kompetisi klub Eropa berdasarkan keputusan badan sepak bola profesional, mempunyai tanggung jawab yang berat untuk mentransfer uang yang mereka dalam kaitan dengan partisipasi ini, untuk didistribusikan di antara organisasi-organisasi sepak bola profesional.”
Dalam proposal ini, yang diteruskan oleh AZ Alkmaar, Ajax akan berkontribusi 25 persen dari uang yang mereka terima dengan masuk fase grup Liga Champion. Prosentasenya akan lebih banyak dari yang lain, kecuali AZ nantinya berhasil lolos dari babak kualifikasi Liga Champions.
Menurut Voetbal International, “Bagian itu menyebabkan pendarahan yang buruk di Ajax, hal itu merupakan skandal, bahwa asosiasi langsung melihat ke klub dari Amsterdam, tanpa melakukan lobi dengan pemerintah di The Hague.”
Ajax baru saja kesal bahwa mereka ditolak menjadi juara Eredivisie oleh KNVB, meski mereka kini memimpin klasemen, ketika KNVB memutuskan menghentikan Liga Belanda musim ini karena krisis pandemi virus corona.
Ajax juga merasa KNVB mengabaikan gagasan menggalang solidaritas dana buat klub-klub yang kesulitan keuangan. Proposal itu dinilai tak pernah digubris KNVB.
Ajax dikabarkan siap menolak gagasan menyetorkan 25 persen dari uang yang mereka dengan masuk fase grup Liga Champions musim 2020-2021. Tapi, meeka tetap terbuka untuk menolong klub lain.
Keputusan Jumat lalu itu untuk tidak memberikan penghargaan gelar juara divisi tertinggi Liga Belanda, Eredivisie, bisa dipahami Ajax Amsterdam.
Ajax sedang memimpin klasemen dengan sembilan pertandingan tersisa ketika liga ditangguhkan Maret 2020 dan kemudian pada Jumat lalu dinyatakan batal.
Ini untuk pertama kali sejak 1945 bahwa tidak akan ada yang menjadi juara Liga Belanda.
"Sebagai pemain dan pelatih, anda ingin memenangi gelar di lapangan. Kami berada di puncak klasemen sepanjang musim. Jadi adalah mengenaskan kami tidak bisa juara. Tapi, dengan situasi yang ada, hal itu bisa dipahami,” kata Edwin van der Sar, ketua eksekutif Ajax yang juga mantan kiper tim Belanda dan Manchester United.
FOOTBALL-ORANJE