TEMPO.CO, Jakarta - Sampai 30 April 2020 ini, mungkin menjadi hari-hari yang menegangkan buat Amanda Staveley. Dialah yang membawa perusahaan investasi dana publik Arab Saudi, dengan Putra Mahkota Muhammad bin Salman, berada di dalamnya, untuk bergabung dalam konsorsium pembelian Newcastle United dari pemilik lama, Mike Ashley.
Meski ada beberapa pihak dalam konsorsium itu, termasuk PCP Capital Partners yang dibawa Amanda, tapi yang menjadi sasaran tembak adalah kelompok dari Arab Saudi itu dalam proses pembelian senilai 300 juta pound sterling atau sekitar Rp 5,7 triliun.
Yayasan hak asasi kemanusiaan internasional, Amnesty, sudah mengirim surat kepada pengelola Liga Primer Inggris soal Arab Saudi. Ada kekhawatiran negara itu hanya mendompleng olahraga untuk mencuci citra mereka yang buruk di bidang hak asasi kemanusiaan.
Tunangan dari mendiang wartawan Arab Saudi, Jamal Khashoggi, di CNN, pun sudah meminta Liga Primer Inggris menghalangi peluang konsorsium dukungan Arab Saudi itu untuk mengambil alih kepemilikan klub Newcastle United.
Di Independent edisi Selasa 28 April 2020, anggota parlemen Inggris, John Nicolson, menulis artikel opini tentang mengapa pemerintah Inggris mempunyai kewajiban moral untuk melalukan campur tangan terhadap pembelian Newcastle United yang didukung konsorsium Arab Saudi.
Tulisan opini John Nicolson ini merupakan kelanjutan dari desakan yang disampaikannya kepada Menteri Kebudayaan Inggris, Oliver Dowden.
Persoalan politik, disebabkan pembununan wartawan Arab Saudi, Jamal Khashoggi, di Instanbul, Turki, 2018, memang menjadi beban Mohammad bin Salman, meski ia sudah berkali-kali membantah tuduhan sebagai dalang pembunuhan.
Protes tidak hanya dari kalangan parlemen, tapi juga dari sebagian suporter Newcastle United sendiri.
Sebuah artikel di The Mag, situs berita yang dibikin para suporter Newcastle United sejak 1988, mengibaratkan mereka sebentar lagi akan menari bersama setan.
Ini bisa jadi tantangan paling berat buat wanita pengusaha asal Inggris, Amanda Staveley, yang sebelumnya sukses mengantarkan keluarga penguasa Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, untuk bisa menjadi pemilik Manchester City.
Keterlibatan Arab Saudi dalam pembelian Newcastle United itu telah diperingatkan oleh sejumlah pihak bahwa hal itu berisiko menjadi penyalahgunaan kekuasaan yang dilakukan suatu negara dan membiarkan Arab Saudi melakukan “pencucian olahraga” untuk memulihkan reputasinya.
Dowden mendapat pertanyaan dari anggota Komite Olahraga, Kebudayaan, dan Media, John Nicolson, dalam sesi dengar pendapat pada Rabu, 22 April 2020, tentang kelayakan dari prospek pemilik baru Newcastle United, terutama kaitannya dengan Putra Mahkota Kerajaaan Arab Saudi, Mohammad bin Salman.
“Dengan reputasi Arab Saudi dalam penculikan, penyiksaan dan pelanggaran hak asasi kemanusiaan lainnya, paling tidak dalam pembunuhan Jamal Khashoggi, bagaimana bisa ia dipertimbangkan sebagai orang yang layak dan tepat?” kata Nicolson
Dowden menjawab, “Sebagaimana anda tahu, tes kelayakan dan ketepatan orang dalam soal ini dilakukan oleh Liga Primer Inggris dan saya tidak ingin berprasangka dalam proses itu.”
Soal karakterisasi yang dilakukan terhadap Mohammad bin Salman, Dowen mengatakan, “Yang pertama ini adalah dana investasi luar negeri dan bukan secara personal dia yang membelinya. Kami punya hubungan luar negeri yang baik dengan Arab Saudi, tapi kami juga tidak akan pernah mengabaikan pelanggaran hak-hak asasi kemanusiaan.”
Nelson kemudian bertanya, “Jika mereka meloloskannya dalam tes kelayakan dan ketepatan orang, tidak ada yang dapat anda lakukan untuk mengintervensi dan klub akan membiarkan campur tangannya yang mengerikan?”
Dowden menjawab, “Saya pikir itu urusan mereka. Saya puas bahwa mereka sudah melakukan tes kelayakan itu.”
Sebelumnya, Muhammad bin Salman, dalam sebuah acara wawancara stasiun televisi, mengatakan ia bertanggung jawab penuh dalam investigasi soal pembunuhan Khashoggi. Tapi, ia menolak tuduhan bahwa ia yang memerintahkan pembunuhan itu.
Sedangkan Ketua Eksekutif Liga Primer Inggris, Richard Masters, dalam jawabannya terhadap surat dari Yayasan Amnesty International, menulis, “Dalam soal ini sering menjadi subjek dari spekulasi media. Tapi, yang penting adalah proses tes yang seharusnya dijalankan, seperti yang diminta dalam hukum Inggris dan peraturan Liga Primer Inggris, yang tidak bisa diarahkan dalam publik dan karena itu kami tidak bisa berkomentar.”
“Bagaimanapun, saya bisa menjamin kepada anda bahwa proses tes ini diminta oleh hukum perusahaan Inggris dan mereka mengaplikasikannya dengan prinsip kesetaraaan untuk setiap prospek pembelian sebuah klub Liga Primer Inggris.”
Tembakan lain yang mungkin bisa lebih telak datang dari beIN Sports. Stasiun jaringan televisi yang berbasis di Qatar ini memiliki hak siar senilai 500 juta pound sterling untuk Liga Primer Inggris.
Ketua Eksekutif beIN Sports, Yousef al-Obaidy, sudah menulis surat kepada para pemimpin di Liga Pimer Inggris.
Dalam surat itu, A-Obaidy, menyalahkan pemerintahan Arab Saudi atas dukungannya kepada stasiun beoutQ untuk melakukan siaran ilegal Liga Primer Inggris, terutama di Arab Saudi selama hampir tiga tahun.
Dalam soal itu, Arab Saudi sudah berulang kali membantah bahwa beoutQ melakukan siaran ilegel dan menyalahkan beIN Sports memotori melakukan kampanye buruk terhadap mereka.
Jika proses pembelian itu berjalan lancar, investasi dana publik Arab Saudi akan mengakuisisi 80 persen saham kepemilikan klub. Adapun sisanya dibagi di antara perusahaan yang dibawa Amanda Staveley, yaitu PCP Capital Partners dan Reuben bersaudara, David dan Simon.
Pada saat tekanan kepada konsorsium yang dibangun Amamda Staveley ini dilakukan secara gencar, seorang pengusaha televisi asal Amerika Serikat, Henry Mauriss, dikabarkan siap membeli Newcastle United, jika Staveley dan kawan-kawan tidak lolos tes kelayakan dan kepatutan untuk menggantikan Mike Ashley cs.
Amanda Staveley dan suaminya, Mehrdad Ghodoussi, menampakkan keinginan yang kuat untuk menjadi bagian Newcastle United sejak Amanda gagal mengambil alih kepemilikan klub berjuluk the Magpies ini pada 2017.
"Amanda sangat bersemangat tentang sepak bola. Ia tinggal hanya 40 menit perjalanan dari Newcastle, jadi ia punya hubungan dekat dengan kota itu. Ketika berbicara sepak bola, ia banyak membahas soal manajer dan pemain. Ia bersemangat membahas dinamika tim dan bagaimana itu bisa dijalankan secara bersama-sama,” kata Guy Hands, pemilik dan ketua Terra Firma Capital Partners, kepada ChronicleLive.
"Saya bukan pakar soal sepak bola. Jadi, saya tidak bisa bilang kepada anda, apakah ia orang yang tepat atau salah buat Newcastle United. Tap, yang bisa saya katakan bahwa ia punya ketertarikan kepada sepak bola, ia jelas bertanggung jawab soal itu, dan ia paham untuk itu dibutuhkan investasi,” Guy Hands melanjutkan.
"Ia juga mengerti bahwa pada akhirnya sebuah klub sepak bola bisa selamat karena suporter. Punya suporter di sisinya dan punya suporter yang merasa mereka adalah bagian penting dari solusi tim adalah sangat penting,” Guy Hans menambahkan.
Menyusul pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi pada 2018, Staveley kemudian mengakui dalam sebuah wawancara bahwa para investor secara umum “gegabah”. Tapi, ia menekankan masih ada keinginan besar untuk berinvestasi ke Arab Saudi.
Menolong dengan menjadi broker untuk Sheikh Mansour mengambil alih Manchester City pada 2008, perempuan berusia 47 tahun ini meyakini klub besar sepak bola seharusnya dimiliki investasi dana besar atau pemilik dengan dana yang sangat kuat.
"Ia banyak menghabiskan waktu untuk fokus pada jangka panjang, modal yang sabar, dan ada sebuah perbedaan besar di antara modal kekayaan berdaulat dengan masa 20-30 tahun, dan Amerika tradisional atau modal Inggris yang cenderung punya horison jangka pendek,” kata Hans.
Bisnis klub sepak bola adalah bisnis jangka panjang jika kita melihat Manchester United, yang tetap memiliki basis suporter terbesar di dunia, meski pretasinya lagi medioker.
Untuk menanggapi soal pengambilalihan kepemilikan itu, Newcastle United Supporters Trust melakukan jajak pendapat . Hasilnya 3.397 orang mendukung proses pembelian diselesaikan.
Alex Hurst, ketua Newcastle United Supporters Trust, mengatakan, “Survei ini menunjukkan bahwa selera untuk perubahan di Newcastle United sangat besar. Kami berharap pemilik baru akan mengenali keinginan perubahan dari suporter tersebut ketika mengambil alih kepemilikan dan menyadari perlunya perubahan radikal dalam cara mengelola klub.”
Newcastle United juga pernah punya basis suporter besar di dunia ketika trio Alan Shearer, David Ginola, dan Les Ferdinand berjaya di Liga Primer Inggris dan Eropa periode 1990-an. Amanda Staveley karena sejarah kedekatannya dengan Newcastle United dan sepak bola tampaknya ingin membangkitkan kejayaan the Magpies ini. Tapi, ada tantangan atau kendala di luar urusan sepak bola yang mungkin begitu berat untuk bisa dilawannya. Mungkin.
