TEMPO.CO, Jakarta - Karena Pep Guardiola membela diri dengan mengatakan, “Kami akan pulih kembali dan memulai lagi dan berusaha lagi. Saya tidak bisa, dengan anak-anak ini, untuk menembus garis di perempat final,” setelah Manchester City lagi-lagi tersingkir di perempat final Liga Champions, maka berkembang isu City kini dalam pole position untuk mendapatkan Lionel Messi.
Baca Juga: Lionel Messi, Sosok yang Hancur di Ruang Ganti Barcelona
Di Lisabon, Portugal, dinihari tadi, Minggu 16 Agustus 2020, dalam pertandingan tunggal perempat final Liga Champions Eropa 2019-2020, Manchester City dijegal Lyon 3-1.
Pep Guardiola dan Lionel Messi pernah bersama-sama bahu-membahu sebagai pelatih dan pemain untuk membawa Barcelona menjuarai Liga Champions dua kali pada 2008-09, 2010-11. Kini keduanya sama-sama kecewa. Lionel Messi memimpin Barca untuk tumbang 2-8 di tangan Barcelona.
Sudah empat musim beruntun, Lionel Messi harus kecewa di lapangan setelah Barcelona dihantam secara telak oleh Juvetus, Napoli, Liverpool, dan Bayern Munich di Liga Champions.
Lionel Messi seperti semain dibiarkan sendirian oleh direksi Barcelona di lapangan. Tak ada lagi pasukan yang setia menemaninya sebagaimana Xavi dan Andres Iniesta di permainan Barca.
Barca seperti terkesan tidak bisa mendatangkan pemain-pemain hebat lagi untuk menemani Lionel Messi. Yang terakhir bisa terlihat bagaimana mereka tak bisa menjaga Neymar. Quiquie Setien sebagai pelatih acapkali melakukan blunder untuk menurunkan susunan pemain yang padu dan bisa tidak grogi mendampingi Messi.
Itu sebabnya pada senja kariernya, ada yang memperkirakan Lionel Messi sudah habis kesabarannya untuk bertahan di Barcelona. Dan, jalan terbaik untuk mengukir prestasi sebelum surut adalah bergabung dengan Pep Guardiola di Manchester City yang kini punya sokongan dana melimpah dar Timur Tengah.