4. Frank Riijkard
Pada Juni 2003, Barcelona merekrut Frank Riijkard untuk menggantikan Radomir Antic yang menjadi pelatih sementara sepeninggalan van Gaal.
Riijkard juga bukan orang yang asing dengan filosofi tiki-taka. Dia merupakan mantan punggawa Ajax Amsterdam di era 80-an dan juga mantan anak asuh Cruyff di saat klub itu menjuarai Liga Champions pada 1995.
Pemilihan Riijkard tak lepas dari garis Cruyff dan tiki taka dan terbukti sukses. Dia merupakan orang yang mempromosikan Andres Iniesta hingga Lionel Messi dari akademi La Masia. Hanya saja, di era Riijkard, tak banyak pemain asal Belanda yang dia boyong ke Stadion Camp Nou.
Racikan Riijkard sukses membawa Barcelona meraih gelar juara LaLiga pada 2004-2005 dan musim berikutnya. Satu gelar juara Liga Champions pada 2005-2006 juga kembali membuktikan bahwa sukses Barcelona tak bisa lepas dari garis Belanda dan Johan Cruyff.
Hal itu setidaknya terbukti dengan era selanjutnya. Pelatih yang sukses bersama Barcelona harus memiliki kedekatan dengan salah satu dari kedua garis itu. Pep Guardiola memang bukan berasal dari Belanda, tetapi dia merupakan pemain yang dilahirkan dari tangan Cruyff.
Begitu juga dengan Luis Enrique. Sebagai pemain, dia pernah merasakan bagaimana kehebatan sepak bola ala Cruyff yang menghancurkan timnya, Real Madrid, sebelum akhirnya menyebrang ke Barcelona. Enrique juga merasakan filosofi sepak bola tiki taka dari tangan van Gaal yang merupakan rekan Cruyff.
Kini, dengan penunjukkan Ronald Koeman, Barcelona tampak ingin kembali ke resep awal mereka. Koeman jelas memiliki dua persyaratan penting untuk menjadi pelatih sukses di Barcelona. Dia berasal dari Belanda dan memiliki garis persentuhan dengan Johan Cruyff.
FC BARCELONA| BARCA BLAUGRANES| FOOTBALL ORANJE| MARCA| SPORT