TEMPO.CO, Jakarta - Sejak Hans Gamper mendirikan FC Barcelona 121 tahun lalu, klub ini mengalami banyak peristiwa jatuh dan bangun. Tapi, peristiwa yang menggoncangkan mereka itu tak pernah sehebat sekarang, sejak 14 Agustus sampai hari ini, Senin 31 Agustus 2020.
Baca Juga: Pilih Berperang, Lionel Messi Pastikan Absen dari Latihan Barcelona
Dimulai dari kekalahan terbesar Barcelona sejak 1940-an dan kekalahan terbesar pertama di kancah antarklub Eropa, yaitu 2-8 melawan Bayern Munich pada babak perempat final Liga Champions di Lisabon.
Kemudian, Quique Setien menjadi pelatih kedua Barcelona yang dipecat dalam musim kompetisi 2019-2020, dan Ronald Koeman ditunjuk menjadi pelatih baru.
Selanjutnya, Lionel Messi melalui tim pengacaranya mengirim sebuah burofax –layanan pesan yang disediakan Kantor Pos Spanyol- yang berisi permintaan untuk meninggalkan FC Barcelona.
Messi menyampaikan pesan yang menggegerkan itu, setelah ia membela tim Catalan ini selama 16 musim kompetisi, memberikan gelar juara La Liga Spanyol 10 kali, memenangi Liga Champions empat kali, serta menjadikannya pemain terbaik dunia enam kali.
Drama terus bergulir. Presiden FC Barcelona, Joep Maria Bartomeu, yang akan mengakhiri masa jabatan lima tahunnya pada musim panas 2021, menawarkan mengundurkan diri secara dini, agar Messi mau bertahan di Camp Nou. Saratnya Messi mengumumkan ke publik bahwa alasannya mengirim burofax itu karena ia sudah tak puas dengan kepemimpinan Bartomeu dalam 12 bulan terakhir.
Lionel Messi bergeming. Ia tetap mau hengkang dan ingin berunding dengan direksi Barcelona. Tapi, Bartomeu menegaskan hanya mau duduk bersama dengannya untuk merundingkan revisi kontrak dan bukan soal kepindahannya.
Pada 2017, foto Lionel Messi bersalaman dengan Jose Maria Bartomeu secara tersenyum ceria menandai perpanjangan kontrak Messi sampai 2021. Ada klausul dalam kontrak terakhir itu, bahwa Messi bisa sewaktu-waktu hengkang dengan status bebas transfer. Kemudian, datang pandemi virus corona yang membuat kompetisi musim 2019-2020 mulur sampai melewati Juni.
Pihak Messi mendasarkan pada klausul tersebut untuk hengkang. Tapi, Barcelona mengatakan klausul dalam kontrak itu sudah melewati masanya pada Juni lalu, sehingga siapapun klub yang ingin mendapatkan Messi harus membayar 700 juta euro atau sekitar Rp 12 triliun sebagaimana ketentuan dalam klausul pelepasan kontrak.
Lionel Messi kemudian terus melawan Barcelona karena ia tetap ingin hengkang. Ia menolak mengikuti tes PCR, bagian dari protokol kesehatan virus corona, pada Minggu, 30 Agustus 020. Padahal, tes itu wajib diikuti pemain Barca yang masih terikat kontrak.
Tes PCR di markas latihan Barcelona yang mengabadikan nama Gamper itu, menjadi syarat mutlak para pemain Barcelona untuk bisa mengikuti latihan perdana pada pramusim La Liga 2020-2021.
Setelah saling mengasihi dan membangun kejayaan Barcelona, sejak talentanya ditemukan pemandu bakat Barca di klub Newell’s Old Boys, Argentina, dan kemudian diterbangkan ke Barcelona pada 2001 di usia 13 tahun, Lionel Messi dan klub Catalan itu sekarang seperti saling menghancurkan.
Lionel Messi dikabarkan akan membawa perselisihan soal klausul-klausul dalam kontrak itu ke badan sepak bola Eropa, UEFA, dunia, FIFA, dan Pengadilan Arbitrase Olahraga yang bermarkas di Lausanne, Swiss. Tapi, pengadilan di Spanyol juga akan berperanan seperti pada kasus kepindahan Neymar dari Barcelona ke Paris Saint-Germain pada 2017.