Hal itu senafas dengan semangat Avai. Klub itu, menurut Fernandes, tak hanya bertujuan membentuk seseorang menjadi pesepakbola yang baik, tetapi juga menciptakan anggota masyarakat yang baik.
"Itu (sekolah) sesuatu yang selalu dia prioritaskan. Kami berbicara dengan ibu baptisnya untuk meyakinkan dia bahwa sekolah sama pentingnya dengan bermain bola. Ini adalah masalah terbesar kami di luar lapangan, bagaimana kami harus bekerja untuk meyakinkan dia fokus terhadap sekolahnya," kata Fernandes
"Kami saat itu memiliki satu bek yang lebih tua dari dia satu tahun. Pemain ini membolos selama satu pekan dan akhirnya tergeser dari posisinya oleh Gabriel."
"Saya ingat saat itu ayah anak ini mengatakan bahwa prioritas anaknya adalah bermain sepak bola, bukan belajar. Di klub ini, kami memprioritaskan melatih atlet dan anggota masyarakat yang baik. Karena itu Gabriel sangat dihargai dalam hal ini."
Menurut Fernandes, bakat Gabriel Magalhaes tak langsung terlihat saat pertama bergabung dengan Avai. Tubuhnya yang kurus kering membuat dia terlihat kesulitan mengimbangi para pemain lainnya yang lebih tua beberapa bulan saja.
Tetapi seiring berjalannya waktu, Gabriel dapat mengejar ketertinggalannya. Kekuatan fisiknya semakin bertambah, begitu juga dengan kemampuan tekniknya.
"Kami baru menyadari dia memiliki level permainan yang sangat baik adalah saat dia bermain di tim U-20," kata Fernandes. "Dia mulai menjadi pemain yang berbeda. dia menunjukkan bahwa dirinya adalah atlet yang hebat. Dia unggul dibanding pemain lainnya."
Bakat Gabriel Magalhaes pun mulai tercium keluar saat itu. Dia dipanggil masuk ke dalam Timnas U-20 Brasil dan pada tahun 2016 ikut dalam laga persahabatan melawan Timnas U-20 Inggris di negeri Ratu Elizabeth itu.