TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah pemain Persebaya Surabaya mendapatkan dua hasil tes Polymerse Chain Reaction (PCR) berbeda menjelang laga kontra Persipura Jayapura Ahad kemarin, 6 Februari 2022. Secara ilmiah, hasil berbeda itu memang dimungkinkan.
Hasil tes pertama yang diselengarakan oleh PT Liga Indonesia Baru (PT LIB), yang samplenya diambil pada Sabtu sore dan hasilnya keluar pada Ahad pagi, sejumlah pemain inti Persebaya Surabaya dan jajaran pelatihnya, termasuk Pelatih Kepala Aji Santoso, dinyatakan positif Covid-19.
Mendapatkan hasil itu, skuad Bajul Ijo melakukan tes PCR mandiri pada Ahad pagi yang hasilnya keluar pada sore hari. Sejumlah pemain penting seperti Ricky Kambuaya, Taisei Marukawa, Bruno Moreira dan Alwi Slamat dinyatakan negatif pada tes kedua.
Meskipun demikian, PT LIB melarang keempat pemain itu turun pada laga kemarin malam. Tanpa para pemain andalannya, Persebaya tak berdaya sehingga menelan kekalahan 0-2 dari Persipura Jayapura.
Hasil tes yang berbeda dari orang yang sama sebenarnya bukan hal baru. Banyak pakar telah membahas masalah ini.
Salah satunya adalah Dosen Farmasi UII, Suci Hanifah. Dalam artikelnya yang berjudul, "Mengapa Hasil Swab PCR untuk Covid-19 berbeda," dan dimuat di laman Pharmacy UII pada 3 Desember 2020, Suci menuliskan bahwa hasil tes PCR sangat mungkin berbeda, terutama jika dilakukan di tempat yang berbeda.
Ada tiga faktor yang menyebabkan hasil tes PCR bisa berbeda. Faktor pertama adalah faktor pra-analisis yang meliputi teknik sampling dan penyiapan spesimen.
Teknik sampling yang kurang tepat bisa menyebabkan hasil tes yang berbeda. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan lokasi pengambilan sampel yang tepat untuk tes swab ada di saluran napas atas atau nasofaring (bagian tenggorokan yang ada di belakang hidung).
Faktor kedua adalah soal penyimpanan spesimen. Spesimen harus segera disimpan di tabung tertutup agar terhindar dari kontaminasi virus. Jika tidak bisa diuji langsung, simpan spesimen dalam suhu 2 hingga 8 derajat Celcius jika spesimen akan diuji kurang dari 12 hari, tapi jika spesimen akan diuji dalam waktu lebih dari 12 hari, simpan spesimen dalam suhu -70 derajat Celcius.
Faktor kedua adalah faktor analisis yang tidak valid. Validitas analis
sendiri dipengaruhi oleh ketepatan preparasi, instrumen, dan metode. Pilihlah laboratorium yang terpercaya dan profesional karena laboratorium demikian akan melakukan kontrol kualitas secara berkala.
Faktor terakhir adalah faktor pasca analisis, yaitu intepretasi hasil.
Interpretasi hasil swab PCR didasarkan nilai Cycle Threshold (CT) yang menunjukkan frekuensi perubahan RNA virus menjadi DNA, sehingga diinterpretasikan sebagai hasil positif Covid-19. Interpretasi hasil yang berbeda akan membuat hasi tes swab PCR juga berbeda.