TEMPO.CO, Jakarta - Manchester City akan menghadapi Atletico Madrid di perempat final Liga Champions pada Rabu dinihari, 6 April 2022. Duel kedua tim disebut akan menjadi pembuktian atas rivalitas kedua pelatih Pep Guardiola dan Diego Simeone di ajang sepak bola eropa tersebut.
Terakhir kali keduanya bertemu pada Liga Champions 2015-2016. Pada kesempatan tersebut Diego Simeone bersama Atletico Madrid sukses menyingkirkan Pep Guardiola saat menukangi Bayern Munchen. Enam tahun berselang kedua pelatih top Eropa tersebut akan kembali saling berhadapan.
Pep Guardiola dan Diego Simeone baru bertemu tiga kali selama menjadi pelatih. Dari tiga pertemuan tersebut Guardiola lebih unggul dengan mengantongi dua kemenangan atas Simeone.
Namun, di ranah klub, catatan Manchester City tidak begitu baik saat melawan tim Spanyol. The Citizen baru delapan kali menang melawan tim Spanyol dari 21 pertandingan. Sementara itu, Atletico Madrid sudah bertemu 37 kali melawan tim Inggris dengan meraih 14 kemenangan dan 11 kekalahan, serta 12 hasil imbang.
Namun, Los Rojiblancos baru-baru ini berhasil mengalahkan Manchester United di kandang saat bertemu di leg kedua 16 besar Liga Champions 2021-2022.
Rekor pertemuan Pep Guardiola vs Diego Simeone
26/02/2012 - Atletico Madrid 1-2 Barcelona (Liga Spanyol)
27/04/2016 - Atletico Madrid 1-0 Bayern Munchen (Liga Champions)
03/05/2016 - Bayern Munchen 2-1 Atletico Madrid (Liga Champions)
Pelatih Diego Simeone. REUTERS/Juan Medina
Atletico Madrid versi Diego Simeone menjadi salah satu tim yang ditakuti di Eropa. Pasalnya, mereka kerap kali menaklukkan lawan dengan gaya bermain serangan balik. Mereka bahkan menerapkan garis pertahanan yang dalam untuk memancing lawannya dari area pertahanan.
Di lain sisi, permainan Guardiola lebih mengandalkan rotasi dan penguasaan bola. Simeone dulu terkenal dengan formasi 4-2-2-2, tapi kini ia berevolusi dengan pola 3-5-2.
Atletico Madrid di bawah Simeone lebih sering menunggu lawan dan mencari kesempatan untuk melakukan serangan balik dengan cepat. Sedangkan, Guardiola yang memiliki filosofi sepak bola menyerang menyukai pola 4-3-3 dengan pressing tinggi dan penguasaan bola yang dominan.