TEMPO.CO, Jakarta - PSSI menggelar diskusi overview perwasitan Indonesia bersama sejumlah awak media di Gedung Telkom, Jakarta Selatan, Senin, 20 November 2023. Fokus utama pembahasannya adalah evaluasi kinerja wasit di Indonesia.
Kegiatan tersebut turut dihadiri Wakil Ketua Umum PSSI Ratu Tisha, Wakil Ketua Komite Wasit PSSI Yoshimi Ogawa, anggota Komite Wasit PSSI Purwanto dan Jimmy Napitupulu, serta anggota Exco PSSI Arya Sinulingga.
Tempo merangkum empat catatan penting dari Komite Wasit PSSI untuk para wasit Tanah Air. Simak selengkapnya berikut ini.
1. Tingkatkan Kebugaran Fisik
Ogawa menyoroti kebugaran fisik para wasit Indonesia. Ia menceritakan awal mula kedatangannya ke Indonesia untuk mengamati proses uji kebugaran atau fitness test dalam proses seleksi wasit Liga 1, Liga 2, dan Liga 3 musim 2023-2024. Menurut dia, kebugaran wasit di Indonesia perlu ditingkatkan lagi.
"Sebenarnya, pada Juni lalu saya datang ke Indonesia untuk mengamati fitness test, tanpa latihan praktis. Tingkat kebugaran beberapa wasit cukup baik, namun yang lainnya perlu meningkatkan hal tersebut," ujar Ogawa saat ditemui di Gedung Telkom, Jakarta Selatan, Senin, 20 November 2023. "Mungkin lebih dari 50 persen kebugaran wasit Indonesia baik. Namun, mereka tetap harus meningkatkan kebugarannya."
2. Posisi Wasit Harus Tepat
Purwanto tak menampik bahwa wasit Indonesia masih kerap salah dalam mengambil keputusan di lapangan. Untuk itu, salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam memimpin pertandingan adalah posisinya di lapangan.
Dengan posisi yang bagus, kata Purwanto, bakal memudahkan wasit melihat suatu kejadian yang melibatkan pemain kedua tim. Hal tersebut bakal memperkuat keputusannya untuk menentukan apakah itu pelanggaran atau bukan.
"Kadang wasit dalam posisi nggak bagus, kadang keputusannya juga nggak bagus, kadang asisten wasitnya bagus keputusannya, kadang juga nggak bagus posisinya. Maka dari itu, seperti yang tadi didengar bahwa posisi itu nomor satu, fisik nomor satu. Kalau fisik tidak bagus, bagaimana bisa memposisi diri pada tempat yang tepat di lapangan," ucapnya.
3. Wasit Salah Diberi Pembinaan
Purwanto mengungkapkan bahwa wasit yang melakukan kesalahan tidak akan langsung dihukum. Komite Wasit PSSI bakal melakukan evaluasi dan pembinaan terlebih dahulu. Pihak terkait juga diajak diskusi dan melihat rekaman ulang letak kesalahannya dalam memimpin pertandingan.
"Ada (tindak lanjut kesalahan wasit), evaluasi, lalu masuk pembinaan dulu. Masa langsung dilarang bertugas. Semua kan diberi kesempatan dan pembinaan. Setelah selesai, anti ditugaskan lagi, masa salah terus, kan nggak bisa begitu," tuturnya.
4. Sistem Perwasitan Indonesia Belum Seprofesional Jepang
Jimmy Napitupulu menilai sistem perwasitan Indonesia belum seprofesional Jepang. Ia menceritakan bagaimana pekerjaan wasit di Jepang itu menjadi mata pencaharian utama. Sementara, di Indonesia profesi wasit kerap dibarengi dengan pekerjaan-pekerjaan lainnya.
"Di Jepang, profesional, kerjanya itu mereka dikontrak setahun untuk wasit saja, tidak ada pekerjaan lain. Misalnya dia (awalnya) seorang guru, apabila sudah tanda tangan kontrak satu tahun, dia harus hentikan pekerjaannya," kata Jimmy.
"Mereka sistem bekerjanya sudah jelas. Hari Senin usai pertandingan mereka evaluasi pertandingan dari Sabtu dan Minggu. Lalu, Selasa pergi ke pusat kebugaran untuk mempersiapkan fisik, lalu Rabu evaluasi laga yang akan datang. Mereka melihat video dari tim yang bakal dipimpin pertandingannya mendatang, serta database pemain-pemainnya juga harus dimiliki," ungkapnya.
Kerja sama dengan Asosiasi Sepak Bola Jepang (JFA) yang dilakukan PSSI sebelumnya diharapkan mampu meningkatkan kualitas perwasitan di Indonesia yang selama ini menjadi sorotan. Kehadiran Yoshimi Ogawa dan mantan wasit Tanah Air, seperti Purwanto dan Jimmy Napitupulu bisa berdampak pada perkembangan pengadil lapangan Tanah Air.
Pilihan Editor: Soal VAR di Liga 1 2023-2024, Komite Wasit PSSI: Belum Siap