TEMPO.CO, Jakarta - Nova Arianto resmi menjadi pelatih Timnas Indonesia U-16 atau Timnas U-16. Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia menunjuknya sebagai pelatih kepala sebagai bagian dari upaya regenerasi kepelatihan.
Nova adalah asisten pelatih Timnas Indonesia dan Timnas U-23 di bawah kepemimpinan Shin Tae-yong. Meskipun masih menjalankan perannya sebagai asisten pelatih di level senior, Nova menyambut tugas baru ini dengan antusiasme tinggi. "Saya mau apa yang menjadi kekurangan di timnas senior menjadi fokus untuk diperbaiki di timnas U-16," kata Nova.
Tempo mewawancarai Nova, mantan pemain Timnas Indonesia kelahiran 4 November 1978, di sela-sela seleksi pemain gelombang pertama di Hotel Sultan pada 19 Februari 2024. Ia bercerita soal penunjukkan sebagai pelatih kepala, kompetisi usia muda, dan cara dia mengelola ekspektasi penggemar Skuad Garuda untuk meraih prestasi. Berikut petikan wawancaranya.
Bagaimana awalnya Anda bisa menjadi pelatih Timnas U-16?
Awal mulanya memang saat kami berada di Qatar (Piala Asia 2023). Saat itu, ada berita coach Bima Sakti akan fokus di Timnas U-20 dan situasi di kepelatihan U-16 kosong. Kebetulan waktu itu kami bertemu di sana. Setelah pak Erick Thohir (Ketua Umum PSSI) melakukan komunikasi dengan coach Shin, saya diberi kesempatan dan kepercayaan untuk membentuk timnas U-16 untuk persiapan piala AFF dan kualifikasi Piala Asia U-17.
Siapa yang menghubungi Anda?
Waktu itu di sana ada Pak Mardji (Sumardji) dan Pak Endri (Endri Erawan) sebagai anggota Exco PSSI. Waktu itu mereka sampaikan, "Coach siap ya seandainya diberi kepercayaan di U-16." Saya bersyukur dan berterima kasih kepada PSSI karena memberi kesempatan untuk memegang U-16. Saya mau apa yang menjadi kekurangan di timnas senior menjadi fokus untuk diperbaiki di timnas u-16.
Bagaimana reaksi coach Shin Tae-yong?
Saya langsung melakukan koordinasi dengan coach Shin. Setelah coach Shin bilang tidak ada masalah, saya membulatkan tekad untuk mengambil kesempatan di timnas u-16. Dia cukup mendukung karena menilai selama empat tahun in saya sudah banyak belajar dan ini saatnya untuk saya mengaplikasikan ilmu yang saya dapat. Dia berharap saya bisa berprestasi di U-16.
Ada pesan Shin Tae-yong untuk Anda?
Pesannya sama dengan yang selama ini saya lihat di timnas senior. Kekurangan di tim nasional apa? Masalah disiplin dan fisik. Itu menjadi perhatian saya yang akan saya benahi di U-16, terutama masalah fisik menjadi perhatian coach Shin, selain masalah mental yang menjadi kelemahan pemain indonesia. Itu alasan saya yakin di U-16 karena itu yang harus saya bentuk dari junior agar menyiapkan pemain-pemain tersebut agar lebih siap di level U-20 dan seterusnya.
Apa langkah pertama Anda untuk timnas U-16?
Kita ada turnamen Piala AFF U-16 bulan Juni nanti. Saat ini, kita masih mencari pemain karena rata-rata generasi baru. Kalau U-20 bisa dapat data pemain dari pemain U-17, kalau U-23 bisa diambil dari U-20, kalau senior bisa ambilnya dari U-23. Kalau U-16 ini menjadi generasi baru karena di bawahnya kita enggak ada. Kami masih melakukan seleksi pemain dan akan mencari pemain-pemain yang benar bisa bermain sesuai dengan filosofi yang saya buat.
Seberapa sulit mencari pemain untuk Timnas U-16?
Kalau kesulitan enggak ada, tapi itu menjadi tantangan buat saya karena memang semuanya pemain baru. Namun, saya bersyukur di sini ada EPA (Elite Pro Academy, sistem liga kelompok usia di bawah PSSI), Piala Soeratin, Liga Top Skor yang sudah berjalan lumayan baik. Saya juga bersyukur atas dukungan dari teman-teman pelatih di Indoensia memberikan rekomendasi, itu yang menjadi data awal untuk mencari pemain. Kita akan lihat semuanya, siapa yang siap untuk tampil di timnas akan kita ambil.
Apa kriteria yang Anda terapkan untuk memilih pemain tim nasional?
Pertama yang pasti tinggi badan. Kalau saya ingin bermain di level Asia, tinggi badan menjadi hal yang sangat utama dan penting. Kalau kita lawan Australia atau tim-tim Eropa, itu secara tinggi badan akan sangat berpengaruh. Terakhir di Piala Asia, saat kita lawan Australia dengan pemain tinggi, kita sangat kesulitan.
Jadi, tinggi badan menjadi salah satu poin penting di sini, tapi saya masih melihat ada beberapa posisi yang mungkin tidak terlalu difokuskan untuk posturnya. Tapi, kalau untuk pemain belakang, kiper, dan striker saya harapkan punya postur di atas 175cm.
Bagaimana peluang Anda memainkan pemain diaspora?
Selama pemain tersebut punya paspor Indonesia, saya bilang dia punya kewajiban dan hak untuk membela tim nasional. Membela tim nasional saya pikir adalah hak dan kewajiban. Mereka punya hak untuk membela tim nasional dan kewajibannya kalau menurut kita secara kualitas baik, ketika mereka kita panggil, mereka wajib untuk datang di tim nasional.
Saya masih berkomunikasi dengan pelatih-pelatih atau orang-orang yang punya referensi pemain-pemain diaspora kita yang ada di luar negeri untuk bisa tampil di turnamen level U-16. Akan kita lihat apakah sesuai dengan apa yang kita mau. Kemungkinan itu sangat-sangat besar.
Anda memiliki tim untuk memantau pemain diaspora?
Saat ini belum karena penunjukkan itu baru terjadi setelah kami kembali dari Qatar dan itu masih direncanakan.
Sudah ada pemain diaspora yang masuk radar Anda?
Jujur saat ini saya belum punya database sama sekali tentang diaspora karena sekarang fokus masih di seleksi pemain-pemain yang ada di Indonesia. Harapannya dengan berjalannya waktu saya bisa mendapatkan data-data pemain diaspora kelahiran 2008, 2009, sehingga pemain-pemain itu bisa kita lihat.
Pelatih Timnas U-16 Nova Arianto (kiri) memberikan instruksi kepada pemain saat pemusatan latihan di Lapangan B, Kompleks Gelora Bung Karno (GBK), Senayan, Jakarta, Senin, 19 Februari 2024. Pemusatan latihan tersebut dipersiapkan untuk mengikuti gelaran Piala AFF U-16 dan kualifikasi Piala Asia U-17. ANTARA/M Risyal Hidayat