TEMPO.CO, Jakarta - Indonesia terus berperan mengembangkan sepak bola wanita. Yang menjadi penggeraknya saat ini adalah Asosiasi Sepak Bola Wanita Indonesia (ASBWI). Organisasi yang dibentuk pada tahun 2017 itu fokus melakukan pembinaan dan pengembangan sepak bola wanita. Organisassi tersebut berada di bawah naungan PSSI.
Sejumlah tugas penting menjadi kewajiban organisasi tersebut. Yang saat ini akan dilakukan adalah menyelenggarakan kompetisi liga wanita. Hal itu menjadi krusial setelah penampilan Timnas Putri Indonesia belum maksimal dalam beberapa turnamen.
Misi membawa sepak bola wanita Indonesia ke level lebih tinggi tak hanya membina dan menyelenggarakan turnamen. Dilansir dari asbwi.com, organisasi itu juga punya misi mencetak wasit, pelatih hingga meningkatkan infrastruktur sepak bola.
1. Sempat Selenggarakan Liga Wanita pada 2019
ASBWI juga berperan melakukan janji Ketua PSSI, Erick Thohir yang akan menghidupkan kembali liga putri di Indonesia yang sempat mati suri setelah 2019. Terdapat 10 tim yang berpartisipasi. Saat itu, Persib putri menjadi juara. Namun, liga tersebut tidak berlanjut dan vakum hingga saat ini. Sementara itu, perkembangan sepak bola wanita di Indonesia jauh tertinggal dibandingkan dengan negara-negara seperti Australia, Jepang, dan Cina.
2. Masa Kejayaan pada 1990
Sebelum mengalami penurunan seperti sekarang, sepak bola wanita Indonesia pernah mencapai babak semifinal Piala Asia pada tahun 1990. Klub asal Jakarta, Buana Putri, yang didirikan oleh Dewi Wibowo, menjadi dominan pada masa itu. Mereka sering tampil di kejuaraan internasional dan meraih peringkat ke-4 di kejuaraan Asia di Hong Kong. Di dalam negeri, Buana Putri juga meraih beberapa gelar juara.
3. Kendala-kendala yang Sulit Diatasi
Sepak bola wanita di Indonesia mengalami kemunduran terutama setelah terjadi kerusuhan pada tahun 1998. Keadaan ekonomi yang tidak stabil menghambat perkembangan tim wanita. Souraiya Farina, Sekjen ASBWI, mengatakan bahwa sulit untuk menghidupkan kembali Liga 1 Putri karena berbagai masalah seperti utang, aturan kompetisi, pembayaran gaji pemain, dan tantangan dari orang tua yang protektif.
4. Pemusatan Latihan untuk Timnas Wanita
Daripada menghidupkan kembali Liga 1 Putri, Ketua PSSI Erick Thohir lebih memilih untuk memusatkan latihan untuk timnas wanita. Dia menunjuk pelatih asal Jepang, Mochizuki, untuk memimpin pembangunan sepak bola wanita Indonesia. Erick berpendapat bahwa kompetisi Liga 1 Putri belum maksimal dan mengutip perkembangan sepak bola wanita di Eropa sebagai contoh.
5. Rencana Kembali Aktif pada Tahun 2025
Erick Thohir telah berjanji untuk membenahi timnas wanita Indonesia setelah menyaksikan pertandingan timnas U-17 di Bali. Meskipun telah melakukan kerja sama dengan federasi Jepang dan mendatangkan pelatih asing, Erick menyadari bahwa masih banyak aspek yang harus diperbaiki.
Dia menyatakan bahwa langkah pertama adalah membangun struktur sepak bola wanita dari level nasional hingga mikro. Hal ini memberikan harapan bagi ASBWI untuk menghidupkan kembali liga 1 putri pada tahun 2025 mendatang.
ANGELINA TIARA PUSPITALOVA | MELINDA KUSUMA NINGRUM
Pilihan Editor: 5 Fakta Liga 1 Putri Akan Dihidupkan Kembali untuk Bentuk Timnas Putri yang Lebih Baik