Mourinho sosok menarik dan hebat. Keterusterangannya sering membuat orang lain tersinggung. Ia andal memprovokasi lawan dan memang hebat. Baru dirinya, mendiang Ernst Hapell dari Austria, dan Ottmar Hitzfeld yang mampu membawa dua klub berbeda memenangi Liga Champions. Sebelum membawa Inter juara Eropa musim lalu, ia membawa klub dari negaranya, FC Porto, juara enam tahun lalu.
Kini Mourinho berpeluang mencetak rekor, yaitu satu-satunya pelatih yang membawa tiga klub berbeda memuncaki Liga Champions. Madrid memang tidak pernah lagi meraih trofi Eropa yang sangat bergengsi itu sejak 2002. Tapi Madrid kini dalam optimisme tinggi setelah merekrut pelatih yang menamakan dirinya sebagai Special One.
Jika Mourinho mendapat kritik dari suporter Madrid karena timnya tampil membosankan ketika menang 1-0 atas Osasuna pekan lalu, sebenarnya itu agak mengherankan. Ia pelatih sukses, tapi tim-timnya jarang bermain atraktif. Ketika ia membawa Porto menyingkirkan Manchester United sebelum final Liga Champions 2003/2004, banyak yang mengecam taktik negatifnya.
Demikian juga ketika membangun reputasi Chelsea menjadi klub raksasa di Inggris meski belum pernah juara di Liga Champions. Skor kemenangan tipis dan strategi yang mengutamakan efektivitas menjadi dominan. Orang juga masih belum lupa bagaimana ia membawa Inter membungkam agresivitas Barcelona musim lalu dengan serangan balik.
Meski demikian, Mourinho mengaku tim barunya memang perlu perbaikan setelah hanya mencetak satu gol dalam dua pertandingan perdana di Liga Spanyol. "Saya mengerti publik ingin lebih. Saya juga dan pemain," katanya.
Pelatih asal Belanda, Martin Jol, 54 tahun, sudah akrab dengan gaya Mourinho. Ketika Jol memimpin Tottenham Hotspur, ia tujuh kali terlibat dalam pertandingan melawan tim sekota, Chelsea, asuhan Mourinho. Dalam derby itu, Mourinho menang lima kali. Jol baru sekali menang tapi bersejarah, karena membawa Tottenham meraih kemenangan pertama atas Chelsea dalam 16 musim pada 2006.
Kali ini pun Jol mengaku tak mudah mengalahkan skuad Mourinho. Apalagi ia kehilangan penyerang Uruguay, Luis Suarez, yang kena skorsing. Tapi ia sudah membawa era baru buat Ajax setelah lama tenggelam di kancah elite Eropa sejak 2005/2006. REUTERS | TIMES | PRASETYO