TEMPO Interaktif, Surakarta - Liga Primer Indonesia mengusung jargon sepak bola tanpa Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Meski demikian, bukan berarti kompetisi ini sama sekali mengharamkan APBD untuk sepak bola.
Pelatih Persema Malang Timo Scheuneman berpendapat APBD untuk sepak bola boleh-boleh saja. “Tapi dana APBD tersebut digunakan untuk pengembangan sepakbola,” jelasnya kepada wartawan di Surakarta, Jumat (7/1) sore.
Dia mencontohkan, APBD bisa digunakan untuk mendirikan dan operasional sebuah akademi sepak bola. Dari akademi tersebut akan muncul pemain-pemain berbakat untuk memperkuat Tim Nasional. “Jika akademi benar-benar berjalan baik, saya yakin nantinya pelatih Tim Nasional akan kebingungan memilih pemain Timnas karena banyak yang berbakat,” tambahnya.
Selain itu, dana APBD bisa digunakan untuk membangun lapangan sepak bola berstandar Internasional. Timo mengatakan kualitas lapangan sepak bola di desa-desa di Eropa masih lebih baik dibandingkan stadion-stadion yang ada di Indonesia. “Seperti Wali Kota Malang yang akan membangun lapangan sepak bola di 5 kecamatan. Itu bagus,” ucapnya.
CEO Solo FC Kesit Handoyo, setuju dengan usul Timo. Menurutnya, dengan adanya LPI bukan berarti tidak ada lagi dana APBD untuk klub sepak bola. “Anggaran daerah bisa diberikan, tapi untuk infrastruktur. Tujuannya untuk menciptakan pemain muda potensial,” tuturnya.
Setelah menjadi pemain muda potensial, lantas beranjak menjadi pemain professional. “Dan kami sudah menyiapkan wadahnya di LPI,” ujarnya.
Juru bicara LPI Abi Hasantoso mengatakan untuk meningkatkan kualitas kompetisi, pihaknya menggunakan wasit asing dari berbagai negara yang memiliki kualifikasi FIFA. “Juga pemain dengan keterampilan tinggi dan pelatih ternama,” katanya.
Dia berharap kehadiran LPI dapat menjadi jawaban atas keterpurukan sepak bola Indonesia saat ini.
UKKY PRIMARTANTYO