TEMPO Interaktif, Jakarta - Pelatih tim nasional usia di bawah 23 tahun, Rahmad Darmawan, mengaku mendapat lebih dari 500 pesan singkat setelah dia melayangkan surat pengunduran diri ke Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia, Selasa lalu. Sebagian pesan singkat tersebut menyayangkan keputusan mundur mantan pelatih Persija Jakarta ini.
"SMS yang masuk ke telepon seluler saya lebih dari 500 sehingga sulit satu-satu saya baca. Ada yang mendukung dan ada yang menghujat. Saya hargai semua pendapat itu," katanya dalam jumpa pers di sebuah restoran di Kawasan Senayan, Kamis, 15 Desember 2011.
Rahmad Darmawan mengundurkan diri sebagai pelatih Timnas U-23, Selasa lalu. Namun, ia baru resmi non-aktif per 13 Januari nanti. Ia mengaku tak lagi nyaman melatih setelah PSSI melarang para pemain Indonesia Super League memperkuat tim nasional. Selain itu, ia juga merasa gagal memenuhi target meraih emas di ajang SEA Games XXVI lalu.
Mantan Pelatih Persija Jakarta ini mengaku terkejut dengan respons masyarakat yang begitu tinggi terhadap keputusannya untuk mundur dari timnas. Padahal, menurutnya, keputusan mundur itu adalah hal yang lumrah. "Hak seseorang melakukan itu (mundur), hanya memang respons yang terjadi demikian luar biasa," katanya.
Rahmad mengatakan bukan kali ini dirinya mundur dari jabatan pelatih. Saat melatih Persikota 2004 lalu, dia menolak perpanjangan kontrak yang diajukan manajemen. Rahmad merasa tak layak mendapat kontrak baru setelah gagal membawa Persikota menembus runner up Divisi Utama, kompetisi level tertinggi ketika itu. "Saat itu Persikota hanya di urutan keempat," katanya.
Dua tahun kemudian, Rahmad kembali mengundurkan diri sebagai Pelatih Persija Jakarta setelah gagal membawa tim Macan Kemayoran meraih trofi kompetisi. Mundur karena gagal memenuhi target, kata Rahmad, adalah yang biasa ia lakukan. "Sebagai bentuk rasa tanggung jawab saya atas kegagalan sebuah misi," katanya.
DWI RIYANTO AGUSTIAR