“Hampir semua pemain mau menerima tawaran 25 persen dari nilai kontrak asli karena mereka sangat memahami situasi sepak bola sedang tidak kondusif; penuh ketidakpastian. Karena itu mereka mau-mau saja,” kata Iwan.
Bekas ketua Badan Liga Amatir Indonesia itu memastikan bukan PT Liga Indonesia yang memformulasikan pembayaran gaji 25 persen, melain manajemen Singo Edan sendiri. Formulasi tersebut diutarakan saat Arema mengikuti Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa yang digelar PT Liga Indonesia di Jakarta, 13 Mei kemarin.
PT Liga Indonesia hanya memproteksi usulan Arema tersebut. Ternyata usulan Arema disetujui dan ditiru klub-klub lain meski ada klub yang menawarkan pembayaran gaji di bawah 25 persen. Bahkan, kata Iwan, ada klub yang cuma membayar pemain seusai pertandingan antarkampung.
Pemberian gaji 25 persen mensyaratkan seluruh pemain wajib mengikuti semua pertandingan yang diatur manajemen, apa pun nama kompetisi atau turnamennya. “Kapan dan di mana pun mereka harus siap main. Satu bulan terakhir ini mereka berpikir takkan dapat pemasukan sama sekali. Jadi ketika kami tawarkan 25 persen, semua pemain happy, everybody happy,” kata dia.
Namun Iwan menolak menyebut nilai seluruh tunjangan gaji yang diterima pemain. Berdasarkan pemaparan manajemen di awal musim kompetisi, tiap bulan manajemen merogoh kocek Rp 1,3 miliar untuk membayar gaji pemain. Bila sekarang gaji pemain dipangkas 75 persen, maka seluruh gaji yang dibayarkan kini berjumlah sekitar Rp 325 juta.
ABDI PURMONO