TEMPO.CO, Jakarta - Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA) mengumumkan Sekretaris Jenderal FIFA Gianni Infantino sebagai Presiden FIFA menggantikan Sepp Blater. Infantino mengalahkan Presiden Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC) Sheikh Salman, mantan eksekutif FIFA dari Prancis Jerome Champagne dan Pangeran Ali Bin Al Hussein dari Jordan.
Dari total 207 suara dan melewati dua putaran pemilihan, Infantino berhasil mengantongi 115 suara, sementara Salman mendapat 88 suara. Adapun Pangeran Ali hanya mendapat empat suara dan nol untuk Champagne. Dengan hasil ini, Infantino berhak menyandang status sebagai Presiden FIFA ke sembilan.
"Sangat berterima kasih atas keputusan hari ini. Mari kita membawa FIFA maju bersama-sama," tulis Infantino melalui akun Twitter resminya, @Gianni_2016, beberapa saat setelah diumumkan kemenangannya, Jumat, 26 Februari 2016.
Infantino lahir di Brig, Swiss, 23 Maret 1970. Pria yang fasih berbicara lima bahasa asing ini mengambil pendidikan hukum di Universitas Fribourg, Swiss.
Sebelum bergabung dengan Federasi Sepak Bola Eropa (UEFA), Infantino bekerja sebagai Sekretaris Jenderal di Pusat Pembelajaran Olahraga Internasional (CIES) di Universitas Neuchâtel. Ia juga menjadi penasihat di berbagai badan sepak bola di Italia, Spanyol, dan Swiss.
Infantino bergabung dengan UEFA pada Agustus 2000. Ia diangkat menjadi Direktur Divisi Hukum pada Januari 2004, menjadi ad interim Kepala Eksekutif, lalu Deputi Sekretaris Jenderal, hingga menjabat Sekretaris Jenderal pada Oktober 2009.
Selama di UEFA publik mengenal Infantino sebagai sosok yang selalu hadir dalam acara pengundian tim-tim yang akan berlaga di kompetisi tertinggi Benua Biru tersebut, seperti piala Euro dan Liga Champion. Di balik layar, ia berhubungan dekat dengan Michael Platini mengembangkan turmnamen-turnamen sepak bola Eropa hingga sukses meraih hak siar televisi terbesar.
AHMAD FAIZ | UEFA | WSJ