TEMPO.CO, Jakarta - Persija Jakarta ingin menjamu PSM Makassar dalam turnamen lanjutan Torabika Indonesia Soccer Championship (ISC) 2016 di Stadion Manahan, Kota Solo, Jawa Tengah, pada 21 Agustus 2016.
Ketua panitia penyelenggara lokal Heri Isranto di Solo, Senin, mengaku telah dihubungi Persija yang ingin kembali menggelar laga kandang yang kedua kalinya di Stadion Manahan.
Menurut Heri, pertimbangan Persija menggunakan lagi Stadion Manahan Solo untuk laga kandang adalah karena kesuksesan saat pertandingan sebelumnya saat menjamu tim Mitra Kukar, pada Jumat (5 Agustus) malam.
Ia mengatakan panitia laga Persija melawan Mitra Kukar di Stadion Manahan Solo mampu menjual tiket masuk stadion sebanyak 3.225 lembar dari 6.000 yang dicetak .
Selain itu, pertandingan Persija menjamu Mitra Kukar itu berjalan lancar dan sukses, sedangkan kondisi keamanan juga kondusif.
Heri menyambut baik Persija ingin menggunakan Solo menjadi laga kandang yang kedua saat menghadapi PSM Makassar.
Bahkan, kata dia, sarana prasarana transportasi di Solo juga memadai untuk laga tim sekelas ISC seperti Persija.
Menurut dia, saat pertandingan melawan Mitra di Solo, panitia pertandingan Persija mengeluarkan dana untuk operasional sekitar Rp130 juta.
Selain itu, kepolisian setempat juga akan mengeluarkan izin, jika pertandingan tersebut tidak dihadiri oleh penonton yang mengenakan atribut suporter Persija.
"Aparat keamanan sesuai kesepakatan awal, laga Persija hanya diperbolehkan disaksikan penonton yang tidak mengenakan atribut suporter Jakmania warna orange," katanya.
Tim Persija menggelar laga kandang di Stadion Manahan Solo karena tim asal Jakarta itu mendapat sanksi laga usiran dari Jakarta pascakerusuhan di Stadion Gelora Bung Karno pada 24 Juni 2016. Sebelumnya, dalam pertama di Solo, Persija bermain imbang 1-1 lawan Mitra Kukar.
Salah satu pemain andalan Persija Bambang Pamungkas mengatakan Stadion Manahan Solo merupakan lapangan kedua kandang bagi timnya.
"Stadion Manahan ini juga sahabat Persija, karena pendukunganya cukup banyak," kata Bambang Pamungkas.
ANTARA
