TEMPO.CO, Jakarta - Riset lembaga watchdog sepak bola Save Our Soccer menunjukkan lebih dari separuh calon pengurus Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) yang akan dipilih dalam kongres 10 November mendatang memiliki latar belakang politik praktis.
Dalam rilis yang diterima Tempo Jumat, 21 Oktober 2016, dari total 64 calon, sebanyak 34 orang adalah politisi. Sisanya, ada 22 orang yang merupakan praktisi sepak bola, empat orang yang berlatar belakang militer dan kepolisian, dan hanya empat orang yang merupakan mantan pemain sepak bola.
Save Our Soccer juga menyebut partai di mana calon-calon itu berafiliasi, contohnya Hinca Panjaitan, Jackson Andre William Kumaat, yang berafiliasi dengan Partai Demokrat; Tony Apriliani, Erwin Aksa, Erwin Dwi Budiawan, Kadir Halid, Adang Gunawan (Golkar); Subardi (Nasdem); Robertho Rouw, Fery Djemy, R. Bambang Pramukantoro, Diza Rasyid Ali (Gerindra); Djamal Aziz (Hanura); dan Cheppy T. Wartono (PDI Perjuangan).
Koordinator Save Our Soccer Akmal Marhali memandang ini adalah gejala yang tidak baik. “Sepak bola Indonesia tidak boleh lagi dikelola sambilan. Mereka yang orang politik harus memilih antara politik atau sepak bola,” kata dia.
Menurut Akmal, mereka-mereka yang punya jabatan di pemerintahan juga harus memutuskan mundur untuk berfokus mengurus sepak bola. “Mereka yang juga menjabat sebagai Ketua Asosiasi Provinsi atau CEO Klub juga harus memilih,” ujarnya.
Adapun beberapa nama yang sudah memiliki jabatan di pemerintahan maupun sedang bekerja sebagai pengurus klub antara lain Eddy Rumpoko (Walikota Batu), Eddy Rahmayadi (Pangkostrad), Iwan Budianto (Arema Cronus), dan Pieter Tanuri (Bali United).
“Nasib dan masa depan sepak bola Indonesia ditentukan di tangan 105 pemilik suara dalam kongres nanti,” kata Akmal. “Karena itu kami berharap para pemilik suara menggunakan nuraninya untuk sepak bola Indonesia yang lebih berprestasi.”
GADI MAKITAN