TEMPO.CO, Jakarta - Partisipasi tim sepak bola Palestina dalam Piala Asia 2015 bukanlah urusan olahraga semata. Ini adalah bagian dari perjuangan mereka untuk diakui sebagai sebuah negara yang sah.
"Kami datang ke sini untuk menunjukkan kepada semua orang bahwa ada sebuah negara bernama Palestina dan kami akan mewakili rakyat Palestina di sini," kata kiper Ramzi Saleh, sebagaimana dikutip Reuters. "Kami datang ke Australia untuk pertama kalinya dan kami adalah satu-satunya tim di turnamen ini yang sedang dijajah. Kami bangga berada di sini."
Kebanggaan Saleh salah satunya bakal datang dari pemandangan manis yang akan mereka nikmati, yaitu berkibarnya bendera negara mereka di stadion-stadion Australia. Ini menarik, mengingat Australia adalah satu di antara dua negara (selain Amerika Serikat) yang menolak resolusi Palestina untuk mengakhiri pendudukan Israel di wilayah mereka.
Memang, soal prestasi di Piala Asia, mungkin tak banyak yang bisa diharapkan dari tim sepak bola Palestina dalam debut mereka ini. Sekarang mereka berada di peringkat ke-115 dunia—terendah di antara tiga negara lain di Grup D (Jepang peringkat ke-52 dunia, Yordania ke-74, dan Irak ke-81). Tapi bukan berarti mereka ke Australia hanya untuk berlibur.
"Banyak orang berkata bahwa kami adalah turis di kompetisi ini. Tapi kami datang ke sini untuk berjuang dan menembus babak kedua," Saleh menambahkan. "Tidak ada yang mustahil di sepak bola dan apa pun bisa terjadi di lapangan."
Pertandingan pertama Palestina pada Piala Asia ini adalah laga melawan salah satu tim terkuat di Asia, Jepang, di Stadion Newcastle, hari ini. Soal itu, kepala pelatih Palestina, Ahmed Al Hassan, berharap pihaknya bisa membuat kejutan. "Jepang tidak tahu apa-apa soal tim kami karena kami baru di kompetisi ini. Hanya di AFC Challenge Cup mereka melihat kami," kata Al Hassan. "Tapi itu tidak cukup."
"Saya yakin, mereka tahu tim kami akan berjuang dan bermain dengan semangat. Ada rahasia dalam sepak bola, tapi saya memiliki strategi untuk menunjukkan diri kami dalam level yang bagus," ujar Al Hassan.
Kesulitan Palestina sebenarnya tidak hanya mereka hadapi di lapangan saat melawan tim-tim kuat. Semenjak masa persiapan, berbagai hal sudah menghadang mereka.
"Semua pemain memiliki banyak kesulitan menjalani seleksi tim karena banyak yang berasal dari Gaza, Tepi Barat, dan juga dari luar Palestina," kata Al Hassan. "Sulit mengumpulkan mereka di satu tempat."
Menurut Al Hassan, pemain-pemain yang berada di luar Palestina memiliki kesulitan untuk datang ke Palestina karena pembatasan yang dilakukan Israel. "Kami mengumpulkan pemain di luar (Palestina) dan itu adalah poin negatif buat kami, tapi kami berjuang untuk terus bersama seperti layaknya sebuah tim," ujarnya.
REUTERS | GADI MAKITAN
Baca berita lainnya:
Calon Kapolri: Tiga Perbedaan Pilihan Jokowi dan SBY
Calon Kapolri: Tiga Persamaan Pilihan Jokowi dan SBY
2 Perusahaan Ini Setor Duit ke Budi Gunawan
Diancam Bom, Kantor VoA Indonesia Gelap Gulita
Jokowi: Izin Penerbangan Bertahun-tahun Dibiarkan