TEMPO.CO, Makassar - Cabang olahraga sepak bola terancam ditiadakan pada Pekan Olahraga Nasional (PON) XIX di Bandung 2016 jika kisruh Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) dan Kementerian Pemuda dan Olahraga terus berlanjut. Apalagi, FIFA telah menjatuhkan sanksi tanpa batas waktu kepada PSSI.
"Gara- gara sanksi ini, seluruh pengurus Asosiasi Provinsi PSSI kena dampak. Kalaupun berjalan perangkat pertandingannya mau diambil dari mana, seperti wasit," kata Mulyadi, Pelaksana tugas Asprov PSSI Sulawesi Selatan, Jum'at 5 Juni 2015.
Mulyadi mengatakan segala persiapan untuk cabang olahraga sepak bola kini mengalami hambatan lantaran belum ada kejelasan dari pengurus pusat. Setelah, Menpora membekukan PSSI, akibatnya seluruh kegiatannya tidak diakui, termasuk sistem pertandingan sepak bola ini.
"Kami belum mempersiapkan pemain untuk berlaga di PON, karena yang membuat regulasi itu pengurus pusat," ucap dia. "Jadi pengurus serba salah juga, ingin persiapkan tim, tapi belum tentu main."
Saat ini, lanjut dia, pihaknya sudah menjalani tahap seleksi kepada pemain yang bakal perkuat tim Sulawesi Selatan diajang olahraga terbesar Tanah Air ini. "Sekitar seratus yang ikut seleksi, tapi sekarang tinggal 40 pemain yang lolos dan akan mengerucut lagi sampai 20 pemain," ujar Mulyadi.
PSSI dibekukan oleh Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi, setelah surat rekomendasi dari Badan Olahraga Profesional Indonesia (BOPI) tak diindahkan. Yang melarang dua klub ikut kompetisi QNB League, yakni Persebaya Surabaya dan Arema Cronus. "Gara-gara dibekukan PSSI, kami meng hentikan seleksi pemain, mudah-mudahan ada informasi baik kedepannya," tutur dia.
Sementara itu, Sekertaris Asprov PSSI Sulawesi Selatan, Kamaruddin mengatakan dengan dibekukannya PSSI maka pembinaan pemain dan persiapan sepak bola di Indonesia terkendala. "Harusnya yang dipikirkan nasib sepak bola, tapi bukan dengan cara menonaktifkan organisasi sepak bola Tanah Air," kata Kamaruddin.
Akibat pembekuan PSSI, pelatih tim PON sepak bola dipulangkan. "Saya yakin Menpora melalui tim transisi sulit membangun sepak bola ke depan. Apalagi, mereka saat ini sulit mengaplikasikan tugasnya karena tidak semua pengurusnya paham sepak bola," ujar dia.
DIDIT HARIYADI