TEMPO.CO, Yogyakarta - Distro itu terletak di Ruko dua lantai di Jalan Delima Raya Condongcatur Kecamatan Depok, Sleman. Spanduk bertuliskan “BSCXPSS.COM” berwarna dasar hitam tergantung di lantai dua. Sebagian hurufnya tak terbaca lantaran tertutup handuk dan sprei.
Inilah Curva Sud Shop, pusat penjualan aksesoris Brigata Curva Sud 1976. Dari kaus, jaket, tas, topi, syal, sepatu, hingga badge dan stiker. “Yang ini tidak dijual loh,” kata seorang pemuda penjaga distro menunjuk sepeda motor yang terparkir di dalam toko.
Tempo mengunjungi toko itu, Rabu 22 Februari 2017 sore. Pemuda itu menolak menyebut nama dan diwawancarai. Tapi ia mempersilakan Tempo memotret toko dan produk yang dijual. “Karena memang begitulah tradisi di BCS,” katanya.
Baca: Mengenal BCS PSS Sleman, yang Disebut Ultras Terbaik Asia
No leader just together, demikian semboyan mereka. Tak heran, banyak pegiatnya enggan diwawancarai. Mereka merasa pakewuh bicara atas nama BCS. “Mereka memang tak mau diwawancarai,” kata Ahmad Mustaqim, seorang jurnalis media online yang meliput berita olah raga.
Lewat bantuan beberapa wartawan yang biasa meliput PSS Sleman, Tempo diperkenalkan pada seseorang yang kerap dimintai informasi tentang kegiatan BCS. Tapi lagi-lagi, ia menolak dikutip namanya. “Kalau keterangannya silakan saja,” katanya.
Brigata Curva Sud berasal dari bahasa Italia. Artinya, brigade tribun selatan. Penggunaan bahasa itu terispirasi ideologi suporter Ultras Italia. Berbeda dengan Holigan, suporter yang kerap berulah menyerang pendukung tim lawan, Utras, bermakna di luar kebiasaan, bertujuan mendukung tim pujaan dengan cara kreatif. Mereka bisa meneriakkan yel-yel, menyanyi, membuat koreografi, hingga atraksi teatrikal lain sepanjang pertandingan.
Baca: PSS Sleman Punya Saluran Live Streaming untuk Suporter
Pertengahan Februari 2017 lalu, Copa90, sebuah situs digital pecinta bola dunia, menobatkan BCS sebagai suporter ultras terbaik di Asia. Tayangan videonya, berjudul “Top 5 Incredible Asian Ultras” yang diunggah di kanal Youtube pada 17 Februari 2017, kini telah ditonton ratusan ribu orang.
BCS menempati urutan pertama. Pendukung Super Elang Jawa, julukan bagi PSS Sleman, itu berhasil menyisihkan empat suporter asal Jepang (Urawa Boys), Korea Selatan (Frente Tricolor), Malaysia (Boys of Straits), dan India (Bangal Brigade).
PSS Sleman merupakan klub bola yang bermarkas di Stadion Maguwoharjo. Semula barisan suporternya mendiami tribun bagian utara selama pertandingan. Sementara tribun lain digunakan untuk penonton umum. Lambat laun, sebagian suporter di tribun utara memisahkan diri ke selatan. Mereka menciptakan kreasi dukungan berbeda dengan suporter di tribun utara.
Karena merasa seide dan gagasan, suporter baru ini kian solid. Berikutnya mereka menamakan diri sesuai tempat duduk selama pertandingan, Tribun Selatan. Saat ini, dengan kapasitas 10 ribu penonton, tribun selatan selalu penuh BCS. “Bahkan BCS sampai ke tribun timur,” katanya.
Brigata Curva Sud adalah antitesis Slemania. Lahir pada tahun 2010, kelompok suporter ini semula diinisiasi lima komunitas. Kini, sesuai yang tercatat di situs resminya, ada 256 komunitas yang bergabung di BCS.
Dulu, kata dia, pernah ada satu orang yang ditunjuk menjadi semacam juru bicara BCS. Tapi lantaran pernyataan yang dikeluarkan sering tak tepat, akhirnya komunitas-komunitas di BCS sepakat menjadikan Bcsxpss.com sebagai kanal resmi informasi bagi publik.
Alasan lainnya, BCS tak berpolitik dan menolak kultus individu. Dengan mengangkat satu orang sebagai presentasi kelompok, mereka khawatir massa rawan digunakan untuk kepentingan tertentu. Klaim pendukung salah satu partai politik misalnya. “Bayangkan apa yang bisa dilakukan dengan 10 ribu orang yang solid,” katanya.
BCS membagi daerahnya menjadi empat wilayah (sezione); barat, utara, timur, dan selatan. Masing-masing sezione itu bertugas laiknya koordinator wilayah. Mereka bertugas mengordinasi massa BCS saat akan mengikuti laga tandang ke luar kota atau mendistribusikan tiket pertandingan.
Meski tak ada pemimpin, bukan berarti tak ada aturan. BCS menerapkan aturan ketat bagi anggotanya. Dari wajib bersepatu, dilarang dilarang meniup terompet, sampai harus berdiri sepanjang pertandingan. Suporter anggota BCS juga wajib membeli tiket pertandingan. “Membeli tiket itu juga bagian dari dukungan pada tim,” katanya.
Belakangan suporter yang lahir dari tribun selatan itu kian solid dan berkembang. Mereka bahkan pernah menerbitkan Curva Sud Magazine. Mereka juga mendirikan Curva Sud Shop. Pada mulanya, usaha penjualan atribut dan aksesoris itu hanya bermodal satu etalase. Kini, usaha itu berkembang menjadi empat gerai. Selain di Condongcatur sebagai pusat, ada tiga cabang lainnya; di Tempel, Cebongan, dan Godean.
ANANG ZAKARIA