Real Madrid Juara Liga Champions, karena Hebat atau Beruntung?
Reporter
Tempo.co
Editor
Nurdin Saleh
Senin, 28 Mei 2018 05:00 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Dari sudut pandang pecinta sepak bola yang netral, cedera Mohamed Salah di babak pertama final Liga Champions terasa begitu menyedihkan. Namun bagi Real Madrid, yang sebelumnya pernah menyaksikan keganasan Salah pada babak perempat final liga Champions 2016 melawan AS Roma, cedera pemain Mesir ini merupakan keberuntungan tersendiri.
Seperti dilaporkan Independent dan As, pada pertandingan final liga Champions Minggu dini hari kemarin, Liverpool adalah tim yang lebih baik dalam setengah jam pertama. Lebih tepatnya sebelum Salah terpaksa meninggalkan pertandingan. Anak asuh Jurgen Klopp ini tercatat melakukan 56 sentuhan dalam zona pertahanan Madrid, dibandingkan dengan Madrid yang hanya mencatat 21 sentuhan di area pertahanan Liverpool.
Setelah Salah berjalan pelan keluar lapangan sambil berurai air mata pada menit ke 31, Liverpool goyah. Kekurangan ide, Sadio Mane cs hanya mampu menyentuh bola satu kali di zona pertahanan Madrid hingga peluit tanda babak pertama berakhir dibunyikan. Pada periode yang sama, Real Madrid secara luar biasa berbalik unggul dengan catatan 65 sentuhan di zona pertahanan Liverpool.
Pada saat Real Madrid telah berbalik mendominasi jalannya pertandingan, nasib Liverpool diperparah dengan blunder sang Kiper, Loris Karius, yang harus dibayar dengan gol pembuka untuk Real Madrid. Beberapa mungkin berpendapat bahwa gol ini adalah hasil dari kecerdikan Karim Benzema, namun kenyataannya proses gol ini lebih seperti insiden yang sangat langka, sangat mustahil, dan untuk sepersekian detik ketika bola pantulan dari kaki Benzema berjalan pelan ke arah gawang Liverpool, penonton tidak yakin dengan apa yang terjadi.
Meskipun Gareth Bale memanjakan miliaran pasang mata penonton dengan gol saltonya yang teramat sangat spektakuler pada menit ke 64, susah bagi para penonton untuk mendefinisikan bahwa pertandingan final semalam sepenuhnya berada pada kuasa Madrid. Gol kedua dari Bale yang membuat papan skor menjadi 3-1 lagi-lagi juga merupakan hasil blunder fatal dari Karius.
Jalan yang dilalui Madrid untuk dapat berada di Kiev sendiri tidaklah mulus. Pada partai perempat final melawan Juventus, Madrid melakoni leg kedua dengan kepala yang begitu tegak karena telah memiliki margin 3 gol tandang. Hasilnya, Bianconeri hampir saja lolos ke semifinal setelah berhasil menyamakan agregat jika Madrid tidak dihadiahi penalti pada menit ke-93. Begitu pula dengan pertandingan melawan Bayern di semifinal, lagi-lagi Madrid berhasil memanfaatkan blunder kiper lawan, Sven Ulreich untuk dikonversi menjadi gol oleh Benzema.
Bila menonton pertandingan Real Madrid dalam beberapa tahun belakangan, mungkin ada yang mengambil kesimpulan bahwa Los Blancos bukanlah tim yang benar-benar luar biasa dalam hal teknis permainan. Namun, dengan berbagai medali yang telah mereka raih sekarang, rasa-rasanya hampir seluruh penggemar bola setuju bahwa anak asuh Zinedine Zidane ini adalah kesebelasan terbaik di dunia.
Paradoks itu menarik. Jawaban paling mudah atas apapun yang Madrid capai beberapa musim belakangan ini bisa jadi adalah keberuntungan.
Namun juga tidak adil untuk mengatakan bahwa seluruh kesuksesan Madrid dalam lima tahun belakangan ini murni karena keberuntungan. Untuk memenangkan liga Champions, sebuah tim harus benar-benar jeli memanfaatkan setiap potongan kesempatan yang ada, dengan kesalahan seminimal mungkin. Sekarang bayangkan melakukan itu satu kali, dua kali, hingga tiga kali beruntun, dan empat kali dalam lima tahun terakhir.
Kebijakan lama pernah berkata, "Keberuntungan datang pada mereka yang siap." Dalam hal ini, Madrid memiliki kesiapan, yaitu kerja keras, talenta, dan - tidak bisa dipungkiri - kemampuan finansial.
Terlalu naif bagi seseorang untuk menyimpulkan bahwa deretan trofi yang berhasil dibawa oleh Real Madrid adalah hasil dari keberuntungan. Para pecinta sepak bola sudah sepatutnya untuk menghargai Real Madrid atas apa adanya mereka, mesin pemenang tak terbendung yang akan tercatat dalam sejarah panjang dunia sepak bola.
INDEPENDENT | AS | RYAN DWIKY ANGGRIAWAN