TEMPO.CO, Jakarta - Liga Inggris seperti sedang gemar “menyiapkan” tragedi buat juaranya. Dulu Leicester City, dari klub gurem mendadak melambung tinggi seperti dongeng Cinderella, sehingga juara. Tapi, musim berikutnya, Leicester terkapar dan sempat terancam terdegradasi.
Kini, Chelsea memberi isyarat bakal seperti itu. Meski, mungkin dalam tataran berbeda, karena klub dari London ini lebih stabil di papan atas-tengah.
Chelsea masih berada di peringkat ketiga setelah 24 pertandingan. Tapi, jaraknya jauh dengan Manchester City di puncak klasemen, yaitu 15 poin pada 14 laga terakhir musim ini.
Isyarat itu terjadi di Stadion Emirates, London, Kamis dinihari tadi, 25 Januari 2018, ketika Chelsea menyerah 1-2 kepada tetangganya, Arsenal, pada babak semifinal kedua Piala Liga Inggris.
Usaha yang sia-sia dari kiper Chelsea, Willy Caballero, untuk menggapai bola yang kemudian masuk ke dalam gawannya dari tendangan pemain Arsenal, Granit Xhaka, pada menit ke-60, mewakili ketakberdayaan pelatih Antonio Conte saat ini.
Dalam sepekan terakhir ini, Conte melihat riuh-rendah dari berita kepindahan penyerang Cile, Alexis Sanchez, dari Arsenal ke Manchester United dengan kecewa.
Pelatih asal Italia itu kecewa karena Chelsea tampaknya terlalu irit sehingga tidak melakukan belanja pemain yang mewah seperti dalam hal Sanchez itu. “Uang menjadi bagian penting dari kompetisi olahraga,” kata Conte beberapa hari lalu.
Pernyataannya beralasan karena dengan dana yang kuat, atlet dan tim dari cabang olahraga apapun bisa melakukan pembinaan dan pemilihan pemain secara maksimal.
Dengan dana yang terbatas, Conte harus menjaga agar jumlah pasukan utamanya yang terbatas itu bisa tetap segar sepanjang waktu. Itu penting terutama buat mempertahankan gelar di Liga Primer Inggris.
Tapi, Conte harus menyaksikan dalam pertandingan di Emirates, Kamis 25 Januari 2018 itu, salah satu gelandang andalannya, Willian, harus ditarik keluar lapangan setelah setengah jam pertandingan karena cedera otot kaki.
Pada konferensi pers di Emirates setelah pertandingan semifinal kedua Piala Liga Inggris 2018 itu, Conte mengatakan cedera Willian tidak terlalu serius.
Tapi, yang menarik, Conte lebih banyak berbicara tentang tekanan kepada skuad pemain yang kecil. “Cedera-cedera seperti itu biasa dialami para pemain ketika tampil bertanding terlalu banyak,” katanya.
Lantas kenapa Conte tidak bergerak lebih aktif dalam jendela bursa transfer pemain Januari 2018 ini? Jawaban pelatih asal Italia itu mencuatkan rasa frustrasinya.
“Itu sama dari musim panas (lalu),” kata Conte. “Mereka (direksi Chelsea) yang memutuskan setiap pemain. Saya tidak punya banyak peran dalam pasar transfer.”
Sudah sering mantan bintang dan pelatih Juventus ini minta dalam posisinya sebagai manajer tim lebih berperan dalam penentuan pemain di Chelsea.
Conte khawatir para pemai terasnya, terutama inspirator tim saat ini, Eden Hazard, kemudian penyerang Pedro dan lainnya, akan kelelahan digempur jadwal laga padat sehingga akhirnya cedera.
Sementara pemain baru seperti Ross Barkley, yang dibeli dari Everton dengan harga 15 juta pound sterling pada Januari lalu belum cukup beradaptasi. Barkley keluar dari bangku cadangan di Emirates, Kamis itu, tapi ia kelihatan kehilangan irama permainannya.
Conte tetap belum percaya kepada penampilan Michy Batshuayi di lini depan. Dengan Álvaro Morata cedera, ia lebih suka mendorong Hazard, lebih ke depan.
Tapi, situasi bisa berubah, Kamis ini juga Chelsea menyepakati pembelian mantan bintang Manchester City yang kini di AS Roma, gelandang Edin Dzeko, dan rekan setimnya, bek kiri Emerson Palmieri dengan harga 44 juta pound sterling.
Dzeko dan Pamieri berpeluang memperkuat kembali skuad pasukan Conte sehingga mantan pelatih tim nasioal Italia itu tak jadi meninggalkan Stamford Bridge setelah musim ini. Isu kepindahan tersebut terus berembus seiring dengan ketakpuasan Conte di Chelsea.
GUARDIAN | BBC | HARD TACKLE | HARI PRASETYO