TEMPO.CO, Jakarta - Tim gabungan dari unsur pemerintah, lembaga swadaya masyarakat (LSM), dan pengelola Madura United menemukan pemalsuan data kapasitas tampung Stadion Gelora Ratu Pamelingan, Pamekasan, Jawa Timur. Selama ini data yang tak benar itu membuat pengurus Madura United sering dituding mengakali pajak.
Menurut Sekretaris Corporate Madura United FC Umar Wachdin, pemalsuan kapasitas itu ditemukan saat dilakukan penghitungan manual oleh tim gabungan, yakni dari pihak Madura United, LSM, dan Badan Keuangan Daerah (BKD) Pemerintah Kabupaten Pamekasan.
Baca: Klasemen Liga 1 Pekan 12: Arema, Mitra Kukar, Borneo FC Menang
"Penghitungan manual itu kami lakukan saat Madura United menjamu Persebaya Surabaya pada 25 Mei 2018 kemarin," ujar Umar di Pamekasan, Sabtu pagi.
Penghitungan manual kapasitas tampung Stadion Gelora Ratu Pamelingan, Pamekasan, itu dilakukan dengan mengambil sampel tribun paling padat suporter kala itu, yakni di kurva utara yang ditempati suporter Persebaya Surabaya.
Pada saat yang sama, penghitungan juga dilakukan oleh aktivis LSM dan suporter Madura United menggunakan checker dan berlangsung hingga sekitar 70 menit pertandingan berjalan. Hasilnya diketahui bahwa kapasitas stadion itu hanya 13.407 orang.
Sebelumnya, Pemkab Pamekasan, melalui Dinas Pemuda dan Olahraga, mengklaim kapasitas tampung stadion yang terletak di Desa Ceguk, Kecamatan Tlanakan, Pamekasan, itu sebanyak 35 ribu orang.
Baca: Jadwal Liga 1 Pekan Ke-12 Sabtu Hari Ini: Sriwijaya FC Vs Persela
"Atas klaim bahwa kapasitas tampung Stadion Pamekasan sebanyak 35 ribu orang itu maka kami sangat dirugikan," kata Umar.
Kerugian tersebut antara lain adanya opini bahwa panitia pelaksana pertandingan Madura United telah melakukan penggelapan pajak hiburan. Dalam setiap pertandingan, Stadion Gelora Ratu Pamelingan, Pamekasan, selalu terlihat penuh, sementara jumlah penonton yang dilaporkan jauh dari kapasitas yang diklaim pihak Dispora Pemkab Pamekasan.
"Dalam pertandingan big match, kami selalu mengalami kesulitan memenuhi permintaan tiket penonton dan menyebabkan adanya ekstra pengamanan, juga komplain dari para suporter yang tidak kebagian tiket," kata Umar.
Baca: Ini Sektor yang Jadi Fokus Pembenahan Indra Sjafri di Timnas U-19
Selama menggunakan Gelora Ratu Pamelingan, menurut Umar, sudah tiga kali Madura United mengalami masalah. Salah satunya terdapat penonton yang sudah memegang tiket, tapi tidak bisa masuk ke arena stadion karena sudah penuh, dan itu terjadi saat Madura United menjamu Persija Jakarta pada ISC 2016.
Kemudian, ada kasus penonton tim tamu yang tidak kebagian tiket karena sudah terjual habis. "Kejadian ini pada Liga 1 Indonesia 2017 saat Madura United menjamu Persib Bandung," kata Umar.
Kejadian berikutnya adalah saat Madura United melawan Persebaya Surabaya pada Liga 1 Indonesia 2018. Banyak suporter Persebaya yang tidak kebagian tiket dan panitia tidak mencetak lagi. "Pada saat menjamu Persebaya Surabaya itu, kami mencetak 13.500 tiket dan itu pun penuh," tuturnya.
Baca: Hari Ini Timnas U-19 Vs PSS, Cristian Gonzales Masih Tanda Tanya
Sebelumnya, Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Pemkab Pamekasan Muhammad menyatakan jumlah kapasitas tampung stadion Pamekasan itu, menurut konsultan pelaksana proyek, bukan atas perhitungan manual. "Jadi kapasitas tampung itu dari konsultan proyek stadion itu," katanya.
Sementara itu, penghitungan manual kapasitas tampung Stadion Pamekasan oleh tim gabungan itu dilakukan atas desakan LSM Gempa, Samhari, saat audiensi ke Komisi IV DPRD Pamekasan.
Samhari, yang juga kader Partai Demokrat, menuding Madura United telah melakukan pembohongan publik dengan hanya menyetor pajak hiburan dalam kisaran 13 ribu hingga 14 ribu. Padahal penonton selalu penuh sesak dan kapasitas stadion mencapai 35 ribu orang.