TEMPO.CO, Jakarta - Kalah 0-1 melawan tuan rumah Singapura pada pertandingan pertama fase Grup B Piala AFF Suzuki 2018, tim nasional sepak bola Indonesia senior belum memberikan harapan baru pada kiprahnya di ajang internasional.
Baca: Piala AFF: Lawan Timor Leste, Timnas Jangan Terpancing Emosi
Harapan itu sempat tumbuh setelah melihat penampilan tim Indonesia U-23 yang lumayan ketika tampil di ajang Asian Games 2018 dan hanya kalah melalui adu penalti dari Uni Emirat Arab pada babak 16 besar.
Bima Sakti yang menjadi pelatih kepala tim Indonesia di Piala Federasi Sepak Bola Asia Tenggara (AFF) 2018 ini adalah asisten dari pelatih kepala Luis Milla asal Spanyol di tim nasional untuk Asian Games 2018.
Ketika Milla batal memperpanjang kontraknya dengan Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) sebagai pelatih untuk Piala AFF 2018, Bima mengatakan ia selalu berkomunikasi dengan mantan pemain Barcelona dan Real Madrid untuk mempersiapkan skuadnya menghadapi Piala AFF.
Sebagian besar pemain yang membela tim di Asian Games 2018 menjadi tulang punggung dari tim untuk Piala AFF 2018 ini.
Tapi, ketika bermain di Stadion Nasional Singapura, 9 November 2018, tim nasional seperti kehilangan sentuhan permainan yang menarik, mengalir melalui umpan-umpan, dan variatif yang diperagakan di Asian Games 2018.
Tim nasional untuk Piala AFF 218 tampil monoton pada laga perdana itu dan hanya menciptakan segelintir peluang mencetak gol. Gebrakan pemain dari sayap yang memukau di Asian Games 2018 kali ini berhasil “dimatikan” para pemain Singapura.
Beruntung di bawah mistar, kiper Andritany Ardhiyasa bermain gemilang. Kalau tidak, pasukan lokal Singapura asuhan pelatih Fandi Ahmad bisa menang lebih dari 1-0.
Di situs pssi.org, Bima Sakti menyatakan bertanggung jawab atas semua kejadian di lapangan. “Jadi pekerjaan rumah buat saya, bagaimana membangkitkan mental pemain.”
"Pertandingan pertama biasanya tekanan sangat berat dan harus siap mental. Pemain yang bermain baik biasanya mereka yang bisa menyiapkan mentalnya dengan baik juga. Ini tanggung jawab saya," kata Bima.
Buat Bima, faktor mental cukup penting. Ia ingin pemainnya bisa mengontrol emosinya. "Pemain harus fokus pada pertandingan dan selalu waspada selama pertandingan.”
“Saya rasa Singapura memiliki organisasi permainan yang baik untuk pertahanan. Selain itu, juga transisi setelah bertahan ke menyerang bagus. Selanjutnya kami harus bekerja lebih keras dan menang melawan Timor Leste," kata Bima.
Waktu pergelaran dari Asia Games 2018 ke Piala AFF relatif singkat, Agustus-November. Sebagian besar pemainnya masih sama. Tapi, kepastian apakah Milla terus atau tidak menangani tim mungkin bisa mengganggu persiapan.
Pada akhirnya, pada saat-saat mepet, dipastikan kerja sama PSSI dengan Milla batal berlanjut dan Bima ditunjuk menyiapkan tim.
Bandingkan dengan Singapura yang menyiapkan timnya cukup lama, antara lain sempat mengadakan pemusatan latihan di Jepang, dan keputusan untuk memprioritaskan para pemain mudanya.
Kalah pada laga perdana memang sama sekali bukan pembenaran bahwa Indonesia akan gagal memenangi Piala AFF untuk pertama kalinya tahun ini. Meski di Grup B ada tim yang selalu menjadi momok buat Indonesia, yaitu Thailand sebagai juara bertahan.
Di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta, nanti malam, Selasa 13 Agustus 2018, juga ada peluang buat anak-anak asuhan Bima Sakti untuk menang besar melawan Timor Leste.
Tapi, dari segi perkembangan kualitas dan persiapan, pengelolaan sepak bola Indonesia ini seperti jalan di tempat, setelah puluhan tahun.
Mengelola sepak bola memang tidak mudah. Selain itu, tim-tim dari kawasan Asia Tenggara -termasuk Thailand yang sering dominan di kawasannya- juga belum bisa memecahkan tembok penghalang untuk mencuat di kawasan lebih tinggi. Pada Piala Asia U-19 lalu, misalnya, tim Indonesia dan Thailand terhenti sebelum semifinal.
Bahkan, Inggris sebelum berprestasi lumayan mencapai semifinal Piala Dunia 2018, butuh belasan tahun untuk bangkit kembali melalui sukses tim-tim juniornya.
Namun, apa yang ditampilkan Singapura –yang sudah pernah memenangi Piala AFF- dan Thailand dengan rentang dominasinya yang lama di Asia Tenggara mestinya bisa menjadi pijakan PSSI untuk melakukan kerja lebih baik dan inovatif. Jadi, peristiwa seperti pemilihan Bima sebagai pelatih kepala di tengah mepetnya waktu tak akan terjadi lagi.
Dari segi kualitas permainan dan persiapan, belum ada lonjakan berarti di persepakbolaan Indonesia.
Padahal di luar sana, sepak bola terus berkembang. Ini seperti kata mantan manajer AC Milan, Arrigo Sacchi, yang dikutip penulis Miguel Delaney di koran Independent, saat mengulas perubahan sepak bola yang dibawa Pep Guardiola sejak ditunjuk menjadi manajer Barcelona 2008.
“Dalam 50 tahun terakhir, olahraga (sepak bola) ini secara konstan mengalami evolusi dari Ajax ke Belanda, Milan ke Guardiola dengan Barcelonanya,” kata Sacchi, pelatih legendaris dari Italia.
Baca: Piala AFF Hari Ini: Prediksi Timnas Indonesia Vs Timor Leste
“Tanpa evolusi, olahraga ini akan mati. Tanpa mengambil risiko, ada tetap berada dalam masa lalu. Inovasi membuat anda berubah setiap tahun,” Sacchi melanjutkan. Timnas Indonesia di Piala AFF dari masa ke masa mestinya juga bisa menunjukkan perubahan yang kian positif.