TEMPO.CO, Jakarta - Perjalanan Harry Maguire hingga menjadi bek termahal saat dibeli Manchester United adalah contoh sempurna dari ujaran "kegagalan adalah sukses yang tertunda". Dalam awal kipranya ia pernah ditolak dan dianggap tak potensial.
Ceritanya bermula dari Huddersfield saat Maguire masih remaja. Klub itu mencoret namanya. Harry Maguire, yang tengah dicoba untuk mereka pakai, dianggap lamban. Kecepatannya tidak istimewa. Maguire tak masuk hitungan. Rencana kontrak senilai 1 juta pound sterling pun dibatalkan.
Namun Sheffield United, pada 2011 itu, melihatnya berbeda. Di tengah kekurangannya itu, mereka menilai Maguire punya kelebihan, yakni membaca permainan dengan baik. "Dia anak pintar, pemain sepak bola yang pintar,” kata bekas Manajer Sheffield United, Micky Adams.
Menurut Adams, Maguire adalah pemain yang mau belajar. Kemampuannya pun dianggap hebat. “Dia bisa menyerap semua yang diinginkan pelatih,” katanya.
Maguire pun diberi kesempatan bermain di laga Championship saat berusia 18 tahun. Tapi kualitas kepemimpinan dan kemampuannya membaca permainan di lapangan sudah terlihat.
Bekas Direktur Akademi Sheffield United, Travis Binnion, yang melatihnya saat berusia 16 tahun, masih mengingat Maguire sebagai anak yang memiliki kepercayaan diri dan kedewasaan di usianya yang masih muda.
Harry Maguire dan Ole Gunnar Solskjaer. (manutd.com)
Menurut dia, Maguire selalu ingin menjadi yang terbaik selama berlatih. “Dia memang tidak memiliki kecepatan, tapi smart. Dia selalu memiliki kepercayaan diri. Tak mengherankan melihat dia melaju menuju puncak,” katanya.
Saat bermain untuk Sheffield United, Maguire pun berhadapan dengan Manchester United dalam laga Piala FA Junior pada 2011. Di lapangan, dia bermain melawan Paul Pogba, Jesse Lingard, dan Ravel Morrison.
Meski Sheffield kalah, permainan Maguire menuai banyak pujian. Salah satunya datang dari Sir Alex Ferguson yang menyaksikan pertandingan itu. Legenda Setan Merah itu berujar Maguire memiliki semua persyaratan untuk menjadi pemain hebat.
Namun tak mudah bagi dia untuk mewujudkan kata-kata Fergie itu. Selama tiga musim dia bermain di League One bersama Sheffield sebelum akhirnya direkrut Hull City pada 2014. Saat itulah dia merasakan bermain di Liga Primer.
Dua tahun lalu, dia pun pindah ke Leicester City dengan bayaran 17 juta pound. Kariernya kian melejit setelah ia masuk radar Gareth Southgate di tim nasional Inggris.
Kini dia pun dihargai sebagai pemain belakang termahal di dunia. “Yang membuat harganya sangat mahal adalah kemampuannya dalam mendistribusikan bola dari belakang,” kata Michael Dawson, yang pernah bermain bersama Maguire di Hull City
Menurut dia, Maguire bisa membawa bola dari belakang. “Dia merasa nyaman di area yang sempit dan bisa membawa keluar dari beragam masalah di belakang. Itulah yang membuatnya menjadi pemain yang hebat,” katanya.
Tapi apakah harga Rp 1,4 triliun itu pantas?
Maguire mungkin bukan pemain belakang yang komplet. Tapi dia bisa memenuhi apa yang diperlukan Manchester United, yakni duel udara dan kemampuannya dalam mengangkat kepercayaan diri tim.
Dawson melihat semua itu pada diri Maguire. “Dia adalah pemain yang pergi ke ruang ganti dan membuat keadaan di sana menjadi baik,” kata Dawson. “Jangan heran bila suatu hari nanti dia bisa menjadi kapten di sana."
Selanjutnya: Statistik Maguire vs Bek MU dan bek Eropa lainnya